TIM Disaster Victim Identification (DVI Polri) mencatat data ganda dalam jumlah korban tewas pada peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Hingga Minggu pukul 15.45 WIB, data sementara hasil asesmen Dokter Kesehatan (Dokkes) Polda Jatim dan Tim DVI Polri menyatakan jumlah korban tewas kerusuhan Kanjuruhan sebanyak 125 orang.
Sebelumnya pada Minggu pagi 2 Oktober 2022, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyatakan jumlah korban tewas sudah mencapai 127 orang.
Baca Juga:Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur: 131 Korban Meninggal Dunia dalam Tragedi KanjuruhanKapolri: 125 Korban Meninggal Dunia dalam Tragedi Kanjuruhan
Ketua Tim DVI Polri Brigjen Pol. dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan menyatakan jumlah korban sempat menjadi 129 orang. Kabar di medsos juga menyatakan demikian.
“Data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia 129 orang, tetapi setelah ditelusuri di rumah sakit terkait menjadi 125 orang,” kata Nyoman Eddy Purnama Wirawan.
Dari 125 korban yang meninggal dunia tersebut, korban yang sudah teridentifikasi sebanyak 124 orang, sisa yang belum teridentifikasi satu orang di RSUD Saiful Anwar Malang.
Penyebab selisih jumlah data ini karena korban tercatat dua kali di dua rumah sakit, tetapi setelah ditelusuri kembali ditemukan dua nama satu korban.
Misalnya, ada korban Klarisa berusia 18 tahun di RSUS Kanjuruhan namun di RS Teja Husada juga terdapat korban Clarita berusia 18 tahun.
Ada juga korban yang sudah dibawa pulang namun namanya masih terdapat di rumah sakit sementara fisiknya tidak ada.
Kemudian juga ada salah pencatatan. Sebelumnya disebutkan yang meninggal dunia tiga orang, tetapi setelah diklarifikasi ternyata satu orang.
Baca Juga:Kronologi Tragedi Kanjuruhan Versi PolisiMalaysia Menantang Langkah Sultan Sulu untuk Sita Aset Negara di Belanda
Terkait situasi tersebut, Brigjen Pol. dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan menyatakan kemungkinan besar datanya masih bisa berubah.
“Masih bisa berubah datanya karena tim masih bekerja,” kata Dedi.
Kerusuhan di Kanjuruhan melukai setidaknya 232 orang. Korban mengalami luka-luka karena terinjak, patah tulang, dislokasi, engsel lepas, mata perih, dan kadar oksigen rendah.
Salah satu penyebab banyaknya korban tewas di Kanjuruhan adalah gas air mata yang ditembakkan ke arah penonton.
Fakta lainnya adalah PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 ternyata menolak rekomendasi polisi yang sempat meminta Arema FC vs Persebaya digelar sore hari.
Fakta ini dipertegas oleh Menko Polhukam Mahfud MD yang mengatakan betapa abainya Panpel terhadap laga tersebut.