KEPOLISIAN membeberkan alasan menembakkan gas air mata ke arah suporter usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10).
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan bahwa pertandingan sebenarnya berjalan lancar. Namun ketika laga berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa.
Beberapa di antara mereka lantas turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial. Menurut Nico, pendukung Arema FC itu kemudian melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan.
Baca Juga:Kedubes AS Buka Loker untuk Lulusan SMA hingga S1, Simak Syarat dan KetentuannyaTeguh Santosa: Pernyataan Yair Lapid Adalah Pengakuan Tegas Atas Eksistensi Palestina
“Karena gas air mata itu, mereka pergi ke luar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” katanya, seperti dikutip kantor berita Antara.
Penembakan gas air mata ini menjadi perbincangan warganet. Mereka menyoroti bahwa berdasarkan aturan FIFA, penembakan gas air mata dilarang.
Akibat insiden ini, setidaknya 127 orang tewas, termasuk dua petugas kepolisian. Dari keseluruhan korban, 34 di antaranya tewas di tempat, sementara sisanya meninggal ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Nico mengatakan bahwa saat ini, sekitar 180 orang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Malang. Bupati Malang, M. Sanusi, menegaskan bahwa seluruh biaya pengobatan akan ditanggung oleh pemerintah.
Selain korban jiwa, tercatat 13 unit kendaraan mengalami kerusakan, 10 di antaranya milik Polri.
Kericuhan ini terjadi tak lama setelah Persebaya Surabaya menang atas Arema FC dengan skor 3-2. Ini merupakan kekalahan pertama bagi Arema FC dalam 23 tahun terakhir. (*)