Malaysia Menantang Langkah Sultan Sulu untuk Sita Aset Negara di Belanda

Malaysia Menantang Langkah Sultan Sulu untuk Sita Aset Negara di Belanda
Menara Kembar Petronas yang ikonik di Kuala Lumpur adalah simbol pembangunan Malaysia, tetapi pencarian keadilan Kesultanan Sulu baru-baru ini membuatnya menjadi pembicaraan masyarakat global karena penyitaan aset Malaysia terus berlanjut di seluruh dunia. | FOTO JOHN HENRY DODSON UNTUK HARIAN TRIBUNE @tribunephl_jhd
0 Komentar

PEMERINTAH Malaysia menyatakan akan menantang langkah pewaris Sultan Sulu untuk menyita aset-aset negara di Belanda sebagai bagian dari upaya menegakkan putusan arbitrase senilai US$ 15 miliar. Ahli waris mantan Sultan Sulu pada Kamis lalu meminta izin pengadilan Belanda untuk menyita aset Malaysia di Belanda. Di antara aset-aset tersebut adalah beberapa perusahaan terbesar Malaysia yang beroperasi di Belanda, termasuk perusahaan minyak negara Petronas.

Para ahli waris menargetkan aset Malaysia di luar negeri menyusul penolakan pemerintah untuk mengakui putusan arbitrase senilai US$ 15 miliar oleh pengadilan Prancis pada Februari. Di dalam putusan itu disebutkan bahwa Malaysia telah mengingkari perjanjian sewa tanah tahun 1878.

Kesepakatan itu ditandatangani antara dua kolonis Eropa dan Sultan SUlu untuk penggunaan wilayahnya, beberapa di antaranya kemudian dimasukkan ke dalam Malaysia modern. Malaysia menghormati kesepakatan itu hingga 2013, membayar keturunan raja sekitar US$ 1.000 setahun. Tapi Kuala Lumpur menghentikan pembayaran setelah serangan berdarah oleh pendukung mantan kesultanan yang ingin merebut kembali tanah mereka.

Baca Juga:Pasukan Rusia Tahan Kepala PLTN Zaporizhzhia Ihor MurashovMedia Tiongkok Soroti Tragedi Stadion Kanjuruhan

Dalam sengketa saat ini, Malaysia mengatakan tidak mengakui klaim ahli waris. Malaysia juga menyebutkan bahwa putusan arbitrase adalah ilegal. Putusan itu ditunda hingga menunggu banding dari Malaysia. Putusan itu tetap dapat ditegakkan di luar Prancis di bawah perjanjian PBB tentang arbitrase internasional.

“Malaysia tidak akan mengeluarkan biaya dalam membela kedaulatan dan asetnya di luar negeri di mana pun mereka berada,” kata Menteri Hukum Wan Junaidi Tuanku Jaafar dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan Malaysia akan mengambil tindakan hukum di Belanda untuk menolak dan mengesampingkan setiap upaya untuk menyita aset. Malaysia juga telah memulai strategi global untuk menantang penyitaan tersebut.

Wan Junaidi mengatakan bahwa aset Petronas bukan aset pemerintah Malaysia. “Ini akan menjadi penyalahgunaan proses pengadilan mana pun untuk meminta penegakan hukum terhadap aset-aset tersebut,” katanya.

Pemerintah Malaysia adalah pemegang saham tunggal Petronas. Setiap tahunnya pemerintah Malaysia mendapatkan dividen dari perusahaan minyak tersebut.

Petronas tidak segera memberikan komentar atas pernyataan pemerintah itu. Petronas juga belum mengomentari petisi pengadilan ahli waris di Belanda.

0 Komentar