TAMAN Ismail Marzuki (TIM) telah berubah total setelah direvitalisasi. Sebagian besar bangunan lama kini tampil dengan wajah baru. Gubernur DKI Anies Baswedan menyatakan, tujuan revitalisasi untuk meningkatkan kualitas fasilitas di berbagai sisi, seperti elemen ruang, furnitur, efektivitas ruang, ergonomi, hingga fasilitas untuk penyandang difabel. Intinya, fasilitas yang ada diselaraskan dengan kebutuhan pertunjukan masa sekarang.
Dengan revitalisasi ini, TIM diharapkan menjadi gelanggang seni yang dapat melahirkan berbagai karya besar yang menjadi perhatian global. “Mereka yang nantinya akan menandai bahwa dari Indonesia hadir seniman-seniman hebat, mewakili nama kita di gelanggang dunia. Hal ini juga kesempatan bagi kita untuk mengundang seluruh dunia beserta tampil di tempat ini. Sebagai sebuah karya yang menandai Jakarta sebagai kota global dan sebuah karya yang menandai komitmen kami dalam mendukung kegiatan seni dan budaya,” tutur Anies usai menyaksikan pergelaran perdana seni di Gedung Graha Bhakti Budaya pascarevitalisasi, Jumat, 23 September 2022.
Sedangkan di seberang Gedung Ali Sadikin, berdiri Gedung Trisno Soemardjo. Bangunan berlantai lima yang berbentuk huruf U ini terdapat Planetarium dan Teater Bintang. Di samping itu, ada pula Teater Wahyu Sihombing, Teater Asrul Sani, Teater Syuman Djaya, Kineforum yang memutar film-film alternatif, Teras Danarto, serta Galeri Cipta 1 dan 2.
Baca Juga:Buku yang Membedah Peristwa 30 SeptemberPeristiwa Kelam Pembunuhan 6 Jenderal 1 Letnan Satu: G30S, Gestapu, Gestok, dan G30S/PKI
Adapun bangunan lama yang tersentuh proyek revitalisasi antara lain Masjid Amir Hamzah, gedung parkir, Graha Bhakti Budaya, dan Teater Halaman. Setelah revitalisasi, luas ruang terbuka di kawasan TIM pun bertambah 27 persen. Ruang terbuka ini berada di lahan parkir lama. Sementara area parkir saat ini berlokasi di bawah tanah. Jalan masuk mobil dan pejalan kaki pun dipisah. Untuk mewadahi latihan seni, TIM menyediakan area teater semi–outdoor.
Revitalisasi TIM telah dimulai sejak 2019. Proyek revitalisasi digarap oleh Jakarta Propertindo atau Jakpro. Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Widi Amanasto, mengatakan bahwa proyek ini mengadopsi budaya luhur Indonesia.
“Misalnya Gedung Perpustakaan dan Wisma Seni mengadopsi bentuk arsitektur rumah panggung. Area lantai dasar dibuat terbuka, seolah mengangkat massa bangunan seperti halnya rumah panggung khas Indonesia. Terdapat pula taman berundak di lantai atas yang menyerupai terasering. Pada façade perforated Gedung Perpustakaan dan Wisma Seni bermotif tumpal dari corak kain batik Betawi, serta bentukan precast pada fasad yang terinspirasi dari tangga nada lagu ‘Rayuan Pulau Kelapa’ ciptaan Ismail Marzuki,” tutur Widi.