SHADOW team yang diungkapkan Mendikbudristek Nadiem Makarim di forum PBB adalah merendahkan SDM Kemendikbudristek. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR, Abdul Fikri Faqih.
Fikri mengatakan bahwa frasa shadow team atau tim bayangan setara direktur jenderal (dirjen) yang disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam forum United Nations Transforming Education Summit di Markas Besar PBB sangat berlebihan dan merendahkan sumber daya manusia (SDM) yang ada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Frasa/term shadow organization dalam penjelasan Nadiem di forum tersebut sangat berlebihan dan merendahkan SDM yang ada di Kemendikbudristek,” kata Fikri melalui keterangan pers tertulis, Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga:Rumor Xi Jinping Jadi Tahanan Rumah Usai Dicopot dari Jabatan Kepala Pemerintahan Tentara Pembebasan RakyatImam Masjid New York: Di Kementerian Pendidikan Ada Shadow Organization, Lalu Kementerian dan Jajarannya Jadi Apa?
Dikatakan Fikri, hal tersebut perlu ada penjelasan resmi dari Nadiem kepada Komisi X DPR terkait peran, fungsi, dan anggarannya dalam struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Kemendikbudristek.
Fikri menuturkan, secara internal Kemendikbudristek melalui Inspektorat Jenderal (Itjen) perlu mengaudit sejauh mana sistem kerja peran shadow team Nadiem. Terutama dalam penggunaan dan pertanggung jawaban anggaran.
“Karena dalam statement Nadiem, ketua tim shadow setara dengan dirjen,” ucapnya.
Fikri menuturkan, dalam konteks akselerasi transformasi teknologi dalam dunia pendidikan, Komisi X DPR dalam posisi selalu mendukung. Namun, perlu ada roadmapatau peta jalan yang jelas karena kebijakan pendidikan menyangkut masa depan bangsa dan penggunaan teknologi adalah tools daya dukungnya.
“Bahkan Komisi X sudah lama merekomendasi Kemdikbudikristek untuk membuat peta jalan pendidikan, yang sampai saat ini tak kunjung diselesaikan,” ucapnya.
Selanjutnya, Fikri mendorong Nadiem untuk segera membuka diri dengan berdialog dan berkomunikasi langsung dengan berbagai elemen pemangku kepentingan yang ada di dalam negeri.
“Jika Nadiem percaya diri dengan apa yang dipaparkan di forum internasional tersebut, maka mulailah membuka diri untuk berdialog dan komunikasi langsung dengan berbagai elemen pemangku kepentingan pendidikan yang ada di dalam negeri,” ucapnya. (*)