Lebih lanjut, Hasto menyampaikan pesan Megawati Soekarnoputri agar seluruh kader berdisiplin. Apalagi terkait dengan capres dan cawapres, dinamikanya sangat kuat.
“Diingatkan oleh Ibu Ketua Umum bahwa berpolitik itu harus melihat konteks. Dan konteks yang saat ini adalah partai turun ke bawah membantu rakyat, membangun harapan rakyat, apalagi situasi yang belum pulih akibat pandemi, kemudian disusul kebijakan yang terpaksa harus diambil terhadap kenaikan BBM. Jadi fokus seluruh kader partai di situ, menjadi jembatan aspirasi rakyat agar terbangun energi positifnya untuk kemajuan bangsa,” jelas Hasto.
Hasto juga menjelaskan kondisi PDIP tidak bisa disamakan dengan nasib keluarga Soeharto di Golkar.
Baca Juga:MUI: Ada Kepentingan Kuat Israel Melalui Media, Merusak Kepercayaan Masyarakat dan Bangsa Palestina terhadap IndonesiaFoto AHY-Anies Baswedan-Surya Paloh-Ahmad Syaikhu, Waketum Partai Demokrat: Menyejukkan Tapi Mungkin Menakutkan
“Nggak bisa dibandingkan kalau keluarga Pak Harto. Kan kita semua tahu, kenapa muncul reformasi. Karena terjadi kolusi korupsi nepotisme, alat-alat negara semua dipakai untuk kepentingan kekuasaan. Banyak aktivis mahasiswa yang diculik dan kemudian banyak pelanggaran-pelanggaran di mana rakyat hanya menjadi objek pembangunan. Bahkan terjadi dekolonialisasi,” ungkap dia.
“Nah berbeda dengan Bung Karno, seorang pemimpin yang berdedikasi bagi bangsa dan negara, beliau rela masuk keluar penjara karena keyakinan untuk Indonesia merdeka. Sehingga dari semangat Indonesia itulah yang terus hidup di dalam partai dan terus menggerakkan partai untuk menyatu dengan rakyat. Jadi tidak bisa dibandingkan,” pungkas Hasto. (*)