Azyumardi dalam makalah yang hendak disampaikan juga menyinggung tantangan-tantangan yang dihadapi kebangkitan peradaban muslim atau kebangkitan Islam dalam empat dasawarsa terakhir. Meskipun, jumlah kaum Muslimin meningkat secara signifikan pada tingkat internasional tetapi potensi itu belum bisa diwujudkan karena kebanyakan penduduk muslim juga tinggal di negara berkembangd an terbelakang.
Selain itu, kondisi ekonomi, sosial dan politik tidak menentu serta pendidikan di banyak kalangan muslim membuat potensi tidak tergali dengan baik. Karenanya, dia mendorong sudah waktunya kaum Muslimin membebaskan diri dari psikologi konspiratif dan enclosed mind.
Pada saat yang sama, Azyumardi berharap kaum muslim lebih menumbuhkan orientasi ke depan daripada romantisme tentang kejayaan peradaban Muslim di masa silam. Dia menilai pentingnya, kaum Muslimin lebih mengkonsentrasikan diri pada upaya-upaya kreatif dan produktif.
Baca Juga:IPW Minta Timsus Polri Usut Kasus Sambo dan Dugaan Keterlibatan Konsorsium 303 Terkait Pencalonan Capres Tertentu 2024Sidang Banding Terkait Putusan Pemberhentian Tidak dengan Hormat Ferdy Sambo Dipimpin Jenderal Bintang Tiga
Untuk itu, pendidikan jelas, menurut Azyumardi, merupakan prasyarat mutlak bagi kebangkitan peradaban Islam.
“Untuk dapat menjadi tulang punggung kebangkitan peradaban, pendidikan Malaysia dan Indonesia bukan hanya harus mencapai pemerataan (equity), tapi juga harus semakin berkualitas sejak dari tingkat dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Hanya dengan pendidikan seperti itu, kaum muda negeri ini dapat bertransformasi bersama menuju kemajuan peradaban,” demikian tulisnya.
Dia juga menuliskan dalam konteks itu, pendidikan tinggi khususnya harus dikembangkan tidak hanya menjadi sekadar teaching higher institution—atau universitas pengajaran—tetapi sekaligus menjadi research institution. Proses pendidikan di perguruan tinggi sudah waktunya berbasiskan riset (research-based education).
Selain itu, almarhum juga menyebut salah satu kunci pokok lainnya dalam pembentukan peradaban utama adalah pengembangan dan peningkatan keadaban masyarakat (public civility). Sebab, dalam disrupsi sosialkultural semakin merosotnya keadaban publik dalam bentuk pelanggaran hukum, rendahnya disiplin masyarakat, dan seterusnya.
Menurutnya, banyak kalangan terlihat tidak lagi malu melakukan hal bertentangan atau tidak sesuai dengan keadaban publik. Dia menilai, Pemerintah dan masyarakat sipil atau masyarakat madani (Civil Society) sepatutnya memberikan perhatian khusus pada penegakan kembali etika dan keadaban publik.
Hanya dengan keadaban publik yang kuat, negara Indonesia dapat maju, berharkat, dan berperadaban. Peradaban jelas tidak bisa maju dan hanya bisa terbentuk jika negara-bangsa Indonesia dan Malaysia memiliki tingkat kemajuan ekonomi berkeadilan.