Dia pun menjelaskan bahwa banyaknya reaksi dari alumni atas insiden pembakaran jas almamater ini wajar. Hal ini karena UGM adalah milik publik. UGM bukan milik satu atau dua orang saja.
“Reaksi itu justru dari para alumni-alumni lain, kecaman dari berbagai pihak atas itu. Tapi sekali lagi terutama ini kalau mahasiswa UGM ya saya dihadapkan pada tantangan pembelajaran bahwa jangan menggunakan cara-cara kekerasan, karena ekspresi itu tidak mendidik, dan publik menilai atas perilaku itu,” pungkasnya.
Sebelumnya, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membakar almamater dalam aksi demo tolak kenaikan BBM di depan Gedung Agung atau Istana Negara Yogyakarta, Kamis (15/9/2022). Aksi yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak atau Arak ini diikuti banyak mahasiswa dari berbagai kampus dan elemen masyarakat.
Baca Juga:Benny K Harman: Saya Hanya Dengar, Ada ‘Genderuwo’ Tak Ingin Pak Anies Maju Jadi Capres 2024Polisi Tembak Polisi, Kanit Provos Polsek Way Pengubuan Dicopot
“Presiden dari kampus ini tapi tidak mencerminkan kerakyatan,” kata salah satu orator.
Aksi bakar almamater ini juga diiringi dengan himne UGM. Mahasiswa UGM lainnya yang turut dalam aksi pun ikut melepas almamater yang sebelumnya mereka kenakan.
“Saya mahasiswa UGM 4 tahun menempuh pendidikan di sana dan tidak pernah melihat sikap UGM sebagai kampus yang kayanya world class university, kampus nomor 1. Bullshit,” kata orator lainnya.
“Bakar, bakar, bakar, bakar,” kata peserta aksi.
Dengan menggunakan cat semprot dan korek sebuah almamater UGM pun dibakar di atas panggung. Pembakaran almamater ini pun disambut peserta aksi. (*)