DUA staf di kantor Kedutaan Besar Rusia di Afghanistan menjadi korban tewas dalam sebuah serangan bom bunuh diri, yang diledakkan di dekat pintu masuk kantor Kedutaan Besar. Serangan bom bunuh diri pada Senin, 5 September 2022, total menewaskan enam orang dan 10 luka-luka.
Kementerian Luar Negeri Rusia (Kemlu) dan otoritas Afghanistan mengkonfirmasi kematian dua staf di kantor Kedutaan Besar tersebut. Misi PBB untuk Afghanistan, UNAMA, mengutuk serangan bom bunuh diri ini.
Korban luka-luka yang dirawat akibat serangan bom bunuh diri dekat kantor Kedutaan Besar Rusia di Kabul, 5 September 2022. Sumber: Reuters
Baca Juga:PBHI: Pembubaran Satgassus Merah Putih Tidak Cukup, Harus Diusut hingga TuntasPanglima TNI: 13 Anggota Kostrad Diproses Terkait Kasus Penganiayaan di Salatiga
Kepolisian Kota Kabul mengatakan pelaku pengeboman ditembak mati dibagian kepalanya oleh pasukan bersenjata saat dia mendekati pintu masuk kantor Kedutaan Besar Rusia di Kabul. Namun naasnya, pelaku sempat meledakkan alat peledak yang dibawanya sebelum ia tewas. Itu adalah serangan pertama sejak Taliban mengambil alih kekuasaan Pemerintah Afghanistan.
“Pelaku bom bunuh diri sebelum mencapai targetnya, sudah bisa dikenali sehingga dia ditembak oleh pasukan pengaman kantor Kedutaan Besar Rusia. Belum ada laporan lebih lanjut atas kerusakan yang disebabkan ledakan ini,” kata Mawlawi Sabir, Kepala Kepolisian distrik tempat serangan terjadi.
Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan mengatakan seorang militan yang tidak diketahui identitasnya meledakkan sebuah alat peledak di dekat pintu masuk kantor consular. Kejadian persisnya pada Senin, 5 September 2022, pukul 10.50 pagi waktu Kabul.
“Dampak dari serangan ini, dua staf misi diplomatik, tewas bersama sejumlah warga Afghanistan,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sedangkan Juru bicara Kepolisian Kota Kabul mengatakan ada empat warga sipil Afghanistan ikut tewas dalam serangan bom bunuh diri ini.
Rusia adalah satu dari sedikit negara yang masih mempertahankan kantor Kedutaan Besarnya di Kabul setelah Taliban mengambil alih Afghanistan lebih dari setahun lalu. Kendati Moskow tidak secara resmi mengakui Pemerintah Taliban, kedua belah pihak telah melakukan sejumlah pembicaraan untuk menyetujui suplai bahan bakar dan komoditas lainnya. (*)