SEJAK era pemerintahan Soekarno, isu Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu menjadi isu sentral yang memunculkan reaksi pro dan kontra di masyarakat. Penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan di sektor energi ini selalu menjadi kebijakan yang tidak populer. Demikian diungkapkan Dosen Universitas Indonesia (UI) sekaligus Peneliti Lembaga Pengkajian Intelijen Strategis, Sundawan Salya.
Dia mengatakan, isu sumber daya energi sebenarnya bukan merupakan dominasi Isu domestik saja, melainkan juga merupakan isu global.
Hal ini karena posisi penting sektor sumber daya energi, khususnya BBM dan gas yang memainkan peran sangat penting (play important role) sebagai energi utama yang dibutuhkan dunia.
Baca Juga:Begini Tanggapan BIN Terkait Aksi Demo Kenaikan Harga BBMLarangan Bagi Personel Polri Bergaya Hidup Mewah, Ini Aturannya
“Munculnya konflik kepentingan antarnegara di tingkat global yang memanfaatkan isu BBM dan gas sebagai bagian dari konflik tersebut, dapat memunculkan dan membawa dampak sangat besar terhadap keseimbangan kebutuhan suplai BBM dan gas pada tataran global, regional, terutama domestik,” kata Sundawan dalam keterangannya, Minggu 4 September 2022.
Sundawan yang juga dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini mengaku mencoba melihat persoalan kenaikan harga BBM ini dari perspektif kajian intelijen strategis.
Menurutnya, hal ini tidak bisa dilepaskan dari gambaran besar yang terjadi saat ini, khususnya sebagai salah satu dampak dari Konflik Rusia dan Ukraina.
“Bahkan juga bersinggungan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina,” ujarnya.
Sundawan mendukung pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan yang mengatakan bahwa dari analisis intelijen ekonomi, perkembangan global tersebut menjadi beban ekonomi bagi negara-negara lain termasuk bagi Indonesia.
Karenanya, dia menegaskan bahwa diperlukan penatakelolaan yang tepat dalam masalah penentuan kebijakan dari harga BBM tersebut. Karena, apabila tidak ditata dalam kebijakan yang tepat, maka hal ini akan memunculkan efek berantai (multiplier effect) terhadap sektor lainnya.
“Yaitu sektor sosial, ekonomi, bahkan sektor politik dan keamanan,” kata Sundawan.
Baca Juga:Berkuda di Hambalang, Prabowo Subianto-Puan Maharani Berbincang Empat MataCerita Komnas HAM Ungkap Sosok Ferdy Sambo, Bukan Orang Sembarangan, Tahu Jalan Keluar
Selain itu juga akan terjadi potensi keterbatasan pasokan BBM, potensi naiknya biaya transportasi, naiknya harga-harga kebutuhan hidup, dan tentunya munculnya pemanfaatan Isu BBM menjadi isu politik.
“Ini dapat memunculkan kerawanan keamanan nasional,” ujarnya. (*)