SEORANG asisten rumah tangga asal Indonesia di Malaysia diduga menjadi korban penganiayaan majikannya. Kasus ini sudah ditangani Kepolisian Kuala Lumpur dan terduga pelaku sudah ditahan.
Menurut Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, peristiwa yang dialami oleh ART bernama Zailis, 46 tahun, itu merupakan penyiksaan yang sangat keji.
“Waktu kita mendapat laporan adanya penyiksaan itu, saya dan Atase Polisi langsung menemui korban di Rumah Sakit Selayang. Memang kondisinya sangat-sangat luar biasa, dan kesimpulan saya, ini penyiksaan sangat keji,” kata Hermono kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Senin, 5 September 2022.
Baca Juga:Pangdam Jaya Minta Warga Tenang Menyikapi Kebijakan Kenaikan Harga BBMTidak Hadir di DPR, KSAD Temui Pasukan yang Akan Tugas Menjaga Wilayah Perbatasan RI-PNG
Penyiksaan oleh majikan perempuannya bukan kejadian di hari itu saja, katanya, karena berdasarkan cerita dari Zailis dan dilihat dari bekas luka-luka di tubuhnya, penganiayaan sudah berlangsung lama.
“Kalau kita lihat di bagian punggung ada bekas siraman air panas, di dada sini juga demikian. Tangannya pun patah, dan itu bukan patah baru, itu patah lama sudah tiga bulanan,” ujar dia.
Dan kalau dibandingkan Zailis pada saat masuk Malaysia dan mulai bekerja pada 2019 sampai sekarang, menurut Hermono, kondisinya jauh sekali berbeda. Berat badannya turun sampai 30 kg.
Ia mengatakan Zailis, perempuan asal Binjai, Sumatera Utara, tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia karena tidak diperbolehkan oleh majikan.
Tidak ada kesempatan untuk keluar rumah majikan karena harus terus bekerja, kata Hermono.
Saat tangannya patah pun, kata dia, Zailis masih disuruh bekerja tanpa diberi pengobatan maupun dibawa ke dokter.
Semua luka yang ada di tubuhnya, baik luka bakar maupun luka disiram air panas, tidak pernah diobati dan dibiarkan sampai sembuh sendiri, kata Hermono.
Baca Juga:Tolak Kenaikan Harga BBM, Perhatikan Titik Aksi di Kota MakassarMahasiswa Gelar Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM di Istana Merdeka
Sangat wajar jika Zailis tidak dapat bekerja maksimal, karena saat tangannya patah pun masih disuruh bekerja, kata dia.
“Jadi memang ini penyiksaan yang menurut saya sangat biadab. Dan yang bikin kita sangat sangat geram, ini majikannya (yang laki-laki), menurut informasi yang kita terima adalah polisi. Itu ‘confirmed‘, dia anggota polisi,” katanya.
Karenanya, Hermono meminta agar proses hukum dijalankan seadil-adilnya, majikan laki-laki juga harus diperiksa.