BADAN Intelijen Prancis disebut-sebut melakukan pelacakan dan mendata beberapa tokoh Muslim Prancis. Hal tersebut disebabkan oleh opini politik yang mereka tampilkan.
Informasi ini terungkap dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh saluran radio Europe 1, Selasa (29/8/2022). Mereka melaporkan telah memperoleh “catatan rahasia dari intelijen teritorial Prancis”.
Menurut Europe 1, dokumen ini lantas disebarkan ke segelintir pejabat senior, anggota pemerintah, hingga Elysee. Adapun pendataannya dilakukan pada pertengahan Mei, tiga minggu setelah pemilihan presiden putaran kedua yang memastikan kemenangan untuk Presiden Emmanuel Macron.
Baca Juga:Kompol Chuck Putranto Perintahkan Kompol Baiquni Wibowo Hapus Rekaman CCTV Lokasi Kejadian Penembakan Brigadir JJika Ada Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Brigadir J, Legislator: Harus Ada Visum
Menurut catatan yang dikutip oleh outlet media, intelijen teritorial negara itu sampai pada kesimpulan bahwa calon presiden sayap kiri Jean-Luc Melenchon, tersingkir pada putaran pertama pemungutan suara setelah berada di urutan ketiga di belakang Macron dan Marine Le Pen yang sayap kanan.
Jean-Luc Melenchon juga disebut-sebut akan menikmati suara Muslim di negara itu, karena dukungan dari apa yang disebut sebagai influencer dan aktivis Islam yang menyambut dan menyampaikan kondisi mereka.
Dilansir di TRT World, Jumat (2/9), di dalam catatan itu terdapat banyak nama tokoh Muslim di Prancis. Termasuk di antaranya pengacara Rafik Chekkat dan anggota asosiasi Agir contre l’islamophobia (Action Against Islamaphobia – ACI) sekaligus jurnalis independen Siham Assbague. Keduanya digambarkan sebagai sosok “Islamis”, khususnya karena telah mengambil sikap terhadap sentimen anti-Muslim atau kolonialisme.
Selain Chekkat dan Assbague, catatan itu juga mengacu pada Vincent Souleymane, Hani Ramadan, serta Farid Slim. Semuanya digambarkan sebagai “pengkhotbah” atau “imam” dari Ikhwanul Muslimin. Seorang jurnalis Anadolu Agency, Feiza Ben Mohamed, juga dilacak dan didaftarkan oleh badan intelijen teritorial.
Liputan Europe 1 mengungkapkan, intelijen teritorial Prancis mendaftarkan namanya sebagai jurnalis “pro-Erdogan”, mengacu pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Hal ini karena kantor berita tempat dia bekerja berbasis di Türkiye.
Penyiar radio mencatat, Ben Mohamed juga dilacak karena mempublikasikan serangkaian cuitan yang membenarkan pilihannya untuk memilih Jean-Luc-Melenchon. Dalam unggahannya, calon pemimpin ini dianggap sebagai satu-satunya kandidat yang kredibel dan tidak memiliki ambisi menggunakan Muslim, untuk membuat orang melupakan masalah negara tersebut.