Bahkan terdapat kepercayaan, jika barang siapa yang berani mengganggu atau mengambil ikan tersebut maka akan mendapatkan musibah atau kemalangan.
Sementara, Kabid Perikanan di DInas Perikanan dan Peternakan Kuningan, yakni Denny Rianto ini angkat bicara.
“Untuk kejadian kematian ikan dewa ini sangat wajar dan sudah biasa,” kata Deni saat memberikan keterangannya kepada wartawan, Rabu (31/8/2022).
Baca Juga:Timsus Polri Ungkap 6 Perwira Tersangka Obstruction of Justice Pembunuhan Brigadir JTerungkap Isi Komunikasi Antara Lin Che Wei dengan Mantan Mendag
Denny Rianto mengatakan, kasus kematian ikan dewa hingga saat ini masih mencari tahu penyebab matinya ikan-ikan dewa tersebut.
“Namun kematian pada ikan yang hidup di alam seperti di Cibulan wajar terjadi karena perubahan cuaca dan suhu air,” katanya.
Untuk diketahui, ada beberapa ragam cerita dan mitos yang berkembang mengenai ikan Dewa di Cibulan. Kisah ikan Dewa yang dianggap sebagai jelmaan pasukan Prabu Siliwangi yang mana dikenal sebagai sosok pemimpin Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.
Dikutip dari situs resmi Disporapar (Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata) Kabupaten Kuningan, konon ikan Dewa dibawa oleh para murid Wali Songo saat datang ke Cibulan. Murid-murid Wali Songo tersebut pun meninggalkan tujuh buah sumur yang saat itu digunakan untuk berwudhu.
Kemudian tujuh sumur tersebut dianggap keramat dan menjadi simbol harapan manusia dan airnya dipercaya dapat berkhasiat untuk membuat agar tetap awet muda. Tujuh sumur tersebut juga memiliki posisi yang mengelilingi petilasan yang dipercaya sebagai tempat semedi Prabu Siliwangi.
Berdasarkan infografis dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ikan Dewa dapat dikenal juga dengan nama ikan Torsoro. Nama Torsoro tersebut diambil dari relief yang ada di Candi Borobudur pada tahun 1842. Relief tersebut menggambarkan aktivitas nelayan terdahulu.
Sejarah panjang dari ikan Dewa ini juga membuatnya kerap dianggap sebagai ikan konsumsi yang dapat membawa kemakmuran. Bahkan, ikan keramat ini juga dipercaya sebagai ikan yang memiliki kedudukan tinggi di sosial, karena dianggap sebagai konsumsi para raja di zaman dahulu. Keistimewaan tersebut membuat ikan ini kerap dijadikan menu perayaan dalam tahun baru Imlek. (*)