KINI heboh kabar China diterpa ‘resesi seks’. Pada kondisi tersebut, warga China mengalami penurunan gairah untuk berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak. Imbasnya, angka kelahiran di China menurun hingga diprediksi bakal mencetak rekor terendah tahun ini di bawah 10 juta.
Para ahli demografi menyorot potensi penurunan gairah tersebut berkaitan dengan langkah penanganan COVID-19 secara ketat yang diterapkan oleh pemerintah China, yakni ‘Nol-COVID’. Warga banyak menyaksikan aksi pihak berwenang secara paksa memasuki rumah untuk membawa warga ke pusat karantina.
Seiring itu, banyak juga laporan warga yang kehilangan pendapatan, serta sulit mendapat akses ke perawatan kesehatan dan makanan.
Baca Juga:MU Akhirnya Izinkan Cristiano Ronaldo Hengkang Asalkan Ada yang BerminatFraksi Partai Nasdem Tegaskan Tidak Ada Aliran Dana dari Irjen Ferdy Sambo
“China jelas merupakan pemerintahan besar dan keluarga kecil. Kebijakan nol-COVID China telah menyebabkan ekonomi nol, pernikahan nol, kesuburan nol,” kata ahli demografi China terkemuka Yi Fuxian, dikutip dari Reuters, Rabu (17/8/2022).
Sebuah laporan terpisah dari PBB China menyebut, pandemi menimbulkan dampak jangka panjang pada kelahiran. Pasalnya, wanita khawatir perihal ketidakamanan finansial, isu vaksin COVID-19 yang mempengaruhi janin, serta sulitnya merawat bayi di bawah pembatasan ketat pemerintah.
“Pasangan yang mungkin berpikir untuk memiliki anak di tahun depan, pasti menundanya. Pasangan yang benar-benar tidak yakin, telah menunda tanpa batas waktu,” beber Perwakilan Dana Kependudukan PBB untuk China.Justine Coulson.
Menurut ahli demografi, jumlah kelahiran baru akan turun ke rekor terendah tahun ini hingga mencapai di bawah 10 juta dibanding 10,6 juta bayi lahir tahun lalu. Angka tersebut pun sudah 11,5 persen lebih rendah dibanding 2020. (*)