KEDATANGAN Israel ke tanah Palestina dengan dalih ‘pulang kampung’ telah memicu gejolak besar.
Tindakan brutal untuk menyingkirkan etnis arab di Palestina, telah membuat negara tersebut mendapat kecaman dari banyak pihak.
Di sisi lain Israel mendapat toleransi besar dari negara-negara Eropa, akibat masa suram yang dilalui etnis Yahudi pasca tragedi Holocaust.
Sebuah peristiwa pemusnahan masal orang-orang Yahudi oleh kelompok Nazi, Jerman.
Baca Juga:Mantan Menlu AS yang Ramal Keruntuhan Israel di 2022 Ini Bilang AS Berada di Ambang Perang dengan Rusia dan ChinaBerikut Ini 8 Ajudan Irjen Ferdy Sambo, 6 Bintara dan 2 Tamtama
Meski begitu, tindakan Israel tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun, ketika etnis Arab masih ada di Palestina tindakan Israel mengambil alih tanah Palestina bisa dikatakan sebagai tindakan pencurian.
Bagaimana bisa seorang pendatang mengambil alih rumah yang dihuni pemiliknya selama bertahun-tahun, bahkan dengan cara yang sangat brutal.
Terlebih, tindakan menghilangkan nyawa banyak orang, dan tindakan rasis atas orang-orang Arab dan supremasi ras yang mereka lakukan adalah alasan besar, tindakan Israel tidak bisa diterima.
Tindakan ini juga memicu komentas Henry Kissinger pada 2012 silam, waktu itu seorang kolumnis New York Post, Cindy Adam melaporkan Henry mengatakan Israel tidak akan ada dalam 10 tahun.
Dalam kolom yang diterbitkan oleh New York Post pada tanggal 17 September 2012, Cindy Adam mengatakan :
“Dilaporkan kepada saya, Henry Kissinger telah menyataka, dan saya mengutip pernyataan kata demi kata: Dalam 10 tahun, tidak akan ada lagi Israel.”
Namun, pernyataan datar Kissinger memang tidak berdasar dan tidak menunjukkan Israel dalam bahaya besar.
Baca Juga:FBI Temukan Dokumen Berlabel ‘Sangat Rahasia’ dari Rumah Donald TrumpPenasehat Tim Perunding Iran Bereaksi Terhadap Berita Serangan Terhadap Salman Rushdie dan Upaya Pembunuhan Bolton Sebelum Perjanjian Nuklir
Pernyataan ini dibenarkan oleh intelijen AS, lalu menerbitkan analisis 82 halaman dalam jurnal internasional berjudul “Mempersiapkan Pasca-Israel di Timur Tengah.”
Melalui jurnal tersebut intelijen AS mengamati bahwa 700.000 pemukim Israel adalah ‘ilegal’ dan tinggal di tanah yang dicurinya pada tahun 1967.
Keenam belas agen intelijen AS setuju bahwa Israel tidak dapat menahan datangnya gejolak pro-Palestina yang terdiri dari etnis Arab, Kebangkitan Islam, dan kebangkitan Republik Islam Iran.
Laporan komunitas intelijen AS mengatakan bahwa berdasarkan kenyataan ini, pemerintah AS tidak lagi memiliki sumber daya militer dan keuangan untuk terus menopang Israel dan melawan keinginan dari banyak negara Islam.