FBI menggeledah kediaman pribadi mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mencari dokumen rahasia yang berkaitan dengan senjata nuklir pada Senin (8/8).
Sumber yang merahasiakan identitasnya menyibak laporan tersebut. Mereka tidak merinci informasi yang tengah dicari maupun kemungkinan keterlibatan senjata negara lain atau AS.
Para ahli dalam informasi rahasia meyakini bahwa penggerebekan tak biasa itu mencerminkan keprihatinan mendalam antara pejabat AS. Mereka menilik risiko dokumen yang ditemukan di rumah itu berpotensi jatuh ke tangan yang salah.
Baca Juga:Momen Megawati Telepon Putin: Saya Hanya akan Datang ke Rusia Tapi Kalau Saya Nggak Bawa Peralatan Perang Saya Nggak Jadi DatangIndra Kenz Jalani Sidang Perdana di PN Tangerang Secara Online, Korban Turut Hadir
Materi tentang senjata nuklir merupakan isu yang sangat sensitif. Sehingga, hanya sedikit pejabat pemerintah yang mengetahuinya.
Memublikasikan detail senjata AS akan menyediakan gambaran bagi musuh. Akibatnya, mereka dapat membangun cara untuk melawan sistem tersebut. Sementara itu, negara-negara lain mungkin memandang pengungkapan rahasia nuklir sebagai ancaman.
Mantan Kepala Divisi Kontraintelijen Kementerian Kehakiman AS, David Laufman, menggarisbawahi pandangan serupa. Laufman mengawasi penyelidikan kebocoran informasi rahasia selama menjabat.
Laufman mengatakan, jenis informasi rahasia semacam itu mendesak pihak berwenang untuk bergerak secepat mungkin dalam memulihkannya. Sebab, dokumen sensitif tersebut dapat menyebabkan kerusakan serius pada keamanan AS.
“Bila benar, itu akan menunjukkan bahwa materi yang berada secara tidak sah di Mar-a-Lago mungkin telah diklasifikasikan pada tingkat klasifikasi tertinggi,” ujar Laufman, dikutip dari Washington Post, Jumat (11/8).
FBI menggeledah properti Trump di Negara Bagian Florida, yakni Mar-a-Lago. Trump menjadikannya sebagai rumah sejak meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.
Penggerebekan itu merupakan bagian dari penyelidikan atas dugaan salah penanganan dokumen rahasia. Para agen mengambil sekitar puluhan kotak setelah membongkar brankas dan menerobos area penyimpanan yang digembok di rumah Trump.
Baca Juga:Rusia Tak Janji Konfirmasi Pernyataan Amerika Serikat Soal Tewasnya Pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri, Washington Belum Berikan Bukti ke PublikPengembangan Kasus Perdagangan Narkotika: Tersangka Dapat Biji Kokain dari Pohon Koka di Kebun Raya Bogor, Polisi: Pelaku Lulusan IPB
NARA menemukan 15 kotak berisi dokumen terkait pada awal tahun ini. Dokumen-dokumen tersebut turut meliputi korespondensi dari mantan Presiden AS, Barack Obama.
Trump seharusnya menyerahkan dokumen itu menjelang akhir masa kepresidenannya. Kendati demikian, dia justru membawanya pulang usai kalah dalam pemilu. NARA lantas meminta penyelidikan menyeluruh oleh Kementerian Kehakiman AS.
Para mantan pejabat intelijen senior mengkonfirmasi tuduhan tersebut. Mereka menerangkan, informasi rahasia dan sensitif kerap mendapati salah penanganan selama masa pemerintahan Trump. Dokumen itu meliputi pengumpulan intelijen di Irak.