KAPOLRI Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan mutasi terhadap sejumlah perwira tinggi dan menengah yang dianggap terlibat kasus kematian Brigadir J alias Nopryansah Yosua Hutabarat. Selain Irjen Ferdy Sambo yang dicopot dari jabatan sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, terdapat setidaknya dua jenderal bintang satu dan tujuh perwira menengah dalam telegram mutasi yang ditandatangani Listyo Sigit pada Kamis kemarin, 4 Agustus 2022.
“Malam ini saya keluarkan surat telegram khusus untuk memutasi dan tentunya harapan saya penanganan tindak pidana terkait dengan meninggalnya Brigadir Yosua ke depan akan berjalan baik,” kata Listyo Sigit dalam konferensi pers di Mabes Polri.
Sigit menyatakan bahwa tim inspektorat khusus dan tim khusus bentukannya telah memeriksa 25 anggota polisi dalam kasus ini. Tim itu menemukan indikasi tindakan tidak profesional dari para anggota polisi itu dalam penanganan kasus kematian Yosua.
Baca Juga:Isi Chat Putri Candrawathi Kepada Brigadir J: Saya Sangat Bersyukur Memilikimu Sebagai Penjaga, Teman dan Keluarga. Kamu adalah Staff yang Luar BiasaAnalisa Gestur Tubuh Irjen Ferdy Sambo
“Sebanyak 25 personel ini kami periksa terkait dengan ketidakprofesionalan dalam penanganan TKP,” kata Sigit.
Dalam telegram yang salinannya dilihat delik.news, terdapat nama Brigjen Hendra Kurniawan yang dicopot dari jabatan Karopaminal Polri dan Brigjen Benny Ali yang dicopot dari jabatan Karo Provos Polri.
Berikut peran keduanya menurut penelusuran delik.news:
Brigjen Hendra Kurniawan
Hendra disebut sebagai orang yang melakukan intimidasi terhadap keluarga Yosua. Pengacara keluarga Yosua, Kamaruddin Simanjuntak sempat menyatakan bahwa Hendra adalah perwira yang menggeruduk kediaman Samuel Simanjuntak, ayah Yosua, di Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi.
Hendra saat itu disebut membawa puluhan anggota polisi dan memaksa keluarga untuk menerima cerita bahwa Yosua meninggal karena penembakan oleh Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu setelah melakukan pelecehan seksual terhadap istri Ferdy Sambo.
Dalam pertemuan itu, Hendra disebut sempat menyandera Samuel dan keluarga serta merampas telepon seluler mereka. Hendra juga yang disebut menolak permintaan keluarga agar Yosua dikuburkan dengan upacara dinas kepolisian.
“Perlakuan itu melukai perasaan keluarga korban yang tengah dirundung duka,” ujar Kamaruddin.
Brigjen Benny Ali
Kamaruddin juga sempat menyebut nama Benny Ali sebagai orang yang memaksa adik Yosua agar menandatangani surat persetujuan permohonan autopsi. Belakangan diketahui bahwa autopsi itu menyalahi prosedur kaarena telah dilakukan sebelum surat tersebut ditandatangani oleh keluarga.