- Para pejabat menyelidiki konstruksi dan kondisi rumah persembunyian. Mereka juga meneliti penghuninya untuk memastikan AS dapat melakukan operasi pembunuhan Zawahiri tanpa mengancam struktur bangunan dan sekaligus meminimalkan risiko bagi warga sipil dan keluarga Zawahiri, kata pejabat itu.
- Dalam beberapa minggu terakhir, Presiden Biden mengadakan pertemuan dengan sejumlah penasihat kunci dan anggota Kabinet untuk membahas laporan intelijen dan mengevaluasi tindakan terbaik yang akan dilakukan. Pada 1 Juli, anggota kabinet AS termasuk Direktur CIA William Burns membeberkan mengenai rencana operasi yang akan dilakukan kepada Biden di Gedung Putih. Biden “mengajukan pertanyaan terperinci tentang apa yang kami ketahui dan bagaimana kami mengetahuinya” dan memeriksa dengan cermat model rumah persembunyian yang dibangun dan dibawa oleh tim intelijen ke pertemuan tersebut. Dia bertanya tentang pencahayaan, cuaca, material bangunan, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi, kata pejabat itu. Presiden juga meminta analisis tentang konsekuensi potensial dari rencana penyerangan di Kabul tersebut.
- Sebuah lingkaran pengacara antar-lembaga senior memeriksa pelaporan intelijen dan menegaskan bahwa Zawahiri adalah target yang sah berdasarkan perannya dalam melanjutkan kiprah Al Qaeda. Pada 25 Juli, Presiden Biden mengumpulkan seluruh anggota kabinet dan penasihat utamanya untuk menerima paparan terakhir dan membahas bagaimana penyergapan Zawahiri akan mempengaruhi hubungan AS dengan Taliban, di antara masalah-masalah lain, kata pejabat itu. Setelah meminta pandangan dari orang lain di ruangan itu, Biden mengizinkan “serangan udara yang disesuaikan dengan tepat” dengan syarat bahwa risiko jatuhnya korban sipil harus diminimalkan.
- Serangan itu akhirnya dilakukan pada 30 Juli pukul 21:48 oleh sebuah pesawat tak berawak yang menembakkan rudal, yang mereka sebut sebagai rudal “api neraka.” (*)