PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan untuk mengevakuasi warga sipil yang terjebak di wilayah Donetsk timur. Dia mengklaim warga sipil telah menyaksikan bentrokan sengit antara pasukan negaranya dan militer Rusia.
Sebanyak enam warga sipil tewas dan 15 orang lainnya luka-luka akibat serangan pada Jumat. “Sudah ada keputusan pemerintah tentang evakuasi wajib dari wilayah Donetsk,” katanya dalam pidato hariannya. “Silakan ikuti evakuasi. Pada fase perang ini, teror adalah senjata utama Rusia,” ujar Zelensky.
Zelensky memperingatkan bahwa ribuan orang, termasuk anak-anak, masih berada di area medan pertempuran di wilayah Donetsk. “Keputusan untuk pergi harus diambil di beberapa titik. Semakin banyak orang yang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia,” katanya.
Baca Juga:New York Umumkan Keadaan Darurat Kesehatan Virus Cacar MonyetPeneliti Keamanan Ungkap Belasan Aplikasi Android Ini Mengandung Malware Bertujuan Mencuri Uang dari Rekening Anda
Logistik dan operasi dukungan sedang ditangani oleh pihak berwenang. “Kami akan membantu Anda. Kami bukan Rusia. Kami akan melakukan segala kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa manusia sebanyak mungkin dan membatasi teror Rusia secara maksimal.”
Melalui saluran Telegram resminya, Zelensky juga menyerukan agar Rusia diakui sebagai negara sponsor terorisme. Dia menuding Rusia sengaja melalukan pembunuhan massal terhadap tahanan perang Ukraina di wilayah timur Donetsk. “Rusia telah membuktikan dengan banyak serangan teroris bahwa itu adalah sumber terorisme terbesar di dunia saat ini,” ujar Zelensky.
Senat Amerika Serikat mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang mendesak Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk melabeli Rusia sebagai negara sponsor terorisme. Namun hingga hal itu belum diputuskan oleh Blinken.
Ditanya tentang masalah itu, Blinken mengatakan sanksi terhadap Rusia sejalan dengan penunjukan Rusia sebagai sponsor terorisme. “Jadi efek dari apa yang kami lakukan adalah sama,” kata Blinken.
Situasi di Ukraina kian panas setelah Rusia dituding menyerang tawanan perang dengan rudal. Rusia juga menyalahkan Ukraina dan menuding hal serupa.
Rusia dan Ukraina masing-masing meluncurkan penyelidikan kriminal setelah menuduh yang lain melakukan serangan itu. Otoritas separatis dan pejabat Rusia mengatakan setidaknya 53 orang tewas dan 75 terluka di Olenivka, sebuah pemukiman yang dikendalikan oleh Republik Rakyat Donetsk. Para tahanan ditangkap setelah Mariupol jatuh pada Mei. (*)