Amerika Serikat Resesi Dampaknya ke Indonesia, Begini Penjelasan Sri Mulyani Indrawati

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
0 Komentar

AMERIKA Serikat (AS) telah masuk resesi. Bukan hanya itu, Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan dari pertumbuhan ekonomi Cina yang negatif serta tensi geopolitik Rusia-Ukraina memperparah gejolak harga di seluruh dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan dampak tantangan tersebut ke Indonesia. “Perangnya di Eropa, tapi dampaknya ke seluruh dunia. Krisis pangan, energi terjadi. Karena Rusia produsen energi yang termasuk terbesar di dunia. Dan Ukraina-Rusia produsen pangan terbesar pangan di dunia, termasuk pupuk,” jelas Sri Mulyani saat memberikan sambutan pada Dies Natalis Ke-7 PKN STAN.

“Maka dalam inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti supply, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi”.

Baca Juga:Olena Zelenska Akui Seluruh Negara ‘di Bawah Tekanan Konstan’ Sejak Invasi RusiaSoal RUU KUHP, Haris Azhar: Bakal Ada Klaster Baru yang Dipenjarain

Ekonomi Indonesia juga terdampak karena inflasi tinggi yang terjadi di AS, Eropa, dan Inggris saat ini. Hal tersebut membuat bank sentral negara-negara itu mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga.

“Apa hubungannya dengan kita, kalau kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global terjadi,” kata dia. Sri Mulyani mengatakan pelemahan ekonomi global mulai terlihat di AS dan China, yang menjadi mitra dagang Indonesia.

Secara definisi, AS sudah masuk ke dalam resesi dengan mencatatkan pertumbuhan negatif dua kali berturut-turut selama dua kuartal di tahun yang sama. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal II-2022 kontraksi atau negatif 0,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada kuartal I-2022 yoy, pertumbuhan pun tercatat negatif sebesar 1,6%.

Untuk China pada kuartal II-2022, pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan 0,4% dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 2,5%. Pertumbuhan itu di bawah prediksi pasar 5,5%. Ekonomi yang melemah di dua negara tersebut membuat Sri Mulyani waspada.

“Hari ini Anda baca berita, AS negatif growth Kuartal II, technically masuk resesi. RRT (China) seminggu lalu keluar dengan growth Kuartal II yang nyaris 0,” jelas Sri Mulyani. “Apa hubungannya dengan kita lagi? AS, RRT, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi, kalau mereka melemah, permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun”.

0 Komentar