PANGLIMA TNI Jenderal Andika Perkasa menegaskan penyelidikan kasus kematian Sertu Marctyan Bayu Pratama dibuka kembali.
“Sudah saya telusuri dan sudah saya mulai,” katanya di Mabes TNI, Jakarta, dilansir ANTARA, Minggu, 24 Juli.
Dia mengatakan dibukanya kembali kasus itu untuk memastikan semua pelaku tindak pidana atau yang membantu tindak pidana mendapatkan hukuman.
Baca Juga:Anak Kecanduan Gadget, Kak Seto: Kalau Sudah Sering Marah-marah, Ortu Harus WaspadaPenembakan Istri Kopda M, Panglima TNI: Senjata yang Dipakai Rakitan
“Waktu itu yang masuk dalam berkas hanya dua perwira atasan yang melakukan penganiayaan,” ungkapnya.
Andika menjelaskan kasus itu akan dilimpahkan ke Pengadilan Militer di Jakarta dari Pengadilan Militer Jayapura. Alasannya, karena personel satgas sudah kembali ke Jakarta.
“Yang jelas, semua yang bertanggung jawab tidak hanya berdasarkan berkas yang dilimpahkan penyidik kepada oditur pada bulan Desember lalu,” ungkapnya
Panglima TNI mengakui jika proses penegakan hukum terkesan lama. Selain itu, Andika juga baru mengetahui informasi dari pemberitaan media oleh ibu korban.
Sebelumnya, ibu dari anggota TNI asal Solo, Jawa Tengah, bernama Sri Rejeki mencari keadilan atas kematian anaknya, Sertu Marctyan Bayu Pratama, akibat dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya di Timika, Papua, beberapa waktu lalu.
Sri Rejeki di Solo kala itu meminta keadilan kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, agar kasus anaknya tersebut dapat segera disidangkan dan diputuskan seadil-adilnya.
“Para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Kalau bisa ya dipecat karena sudah bisa merusak tatanan TNI dan juga membahayakan masyarakat sipil karena orang seperti ini kejam, ya,” kata wanita berusia 50 tahun ini.
Baca Juga:Korem 043/Garuda Hitam: 1 Kontainer Senjata di Pelabuhan Panjang Lampung untuk Latihan Garuda Shield di PuslatpurKuasa Hukum Klaim Temukan Rekaman Elektronik Brigadir J Alami Ketakutan Sejak Juni 2022 hingga Menangis
Informasi mengenai meninggalnya sang anak diterima pada 8 November 2021. Ia menerima informasi tersebut dari salah satu komandan anaknya yang ada di Solo.
“Hari Senin dikabari anak saya meninggal. Kabar dari komandan di Solo, katanya sakit, tapi saya nggak percaya. Wong Sabtu masih baik-baik saja, kok tiba-tiba Senin dikabari kalau anak saya meninggal,” katanya. (*)