SEBAGAI salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia mempunyai daya tarik yang besar bagi pihak lain. Kepentingan pihak lain (asing) terhadap Indonesia terutama terkait melimpahnya sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan pangan dan energi serta banyaknya penduduk yang dapat dijadikan pasar bagi komoditas atau barang dari luar negeri.
Daya tarik tersebut di atas menjadi suatu kerentanan Indonesia dari arena permainan intelijen asing. Pihak oposisi Indonesia menjalankan kepentingannya dengan cara terbuka dan tertutup. Cara-cara tertutup inilah yang dikendalikan dan dilakukan oleh intelijen. Kerentanan suatu entitas selain dipengaruhi oleh daya tariknya, juga dipengaruhi oleh kemudahan untuk diserang. Sistam pertahanan dan keamanan yang kurang baik akan menjadi kerentanan suatu entitas sehingga memudahkan ancaman terjadi. Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan batas-batas wilayah yang sulit diawasi seperti di laut dan hutan membuat Indonesia mudah disusupi oleh pihak oposisi.
Indikasi adanya permainan intelijen asing di Indonesia dapat terlihat di berbagai peristiwa.
Baca Juga:Panglima TNI Tegaskan Penyelidikan Kasus Kematian Sertu Bayu Pratama Dibuka KembaliAnak Kecanduan Gadget, Kak Seto: Kalau Sudah Sering Marah-marah, Ortu Harus Waspada
Kekinian, tiga dari enam orang diduga agen intelijen asing yang ditangkap anggota TNI AL di Nunukan, Kaliman Utara (Kaltara) merupakan warga negara Indonesia (WNI). Keterlibatan dan perekrutan tiga WNI itu dinilai juga harus diusut.
Satgas Marinir lalu mendekati rombongan tersebut karena lokasi mereka termasuk kawasan objek vital yang berada di lingkungan Angkatan Laut. Aparat TNI AL lalu memeriksa identitas dan maksud kedatangan mereka ke lokasi tersebut.
Kemudian aparat TNI AL menyerahkan mereka kepada petugas kantor Imigrasi Kelas II TPI Nunukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mereka juga berdalih tujuan kedatangannya ke Sebatik, Nunukan, untuk melihat kondisi geografis lokasi terdekat jembatan yang akan dibangun dari Tawau menuju Sebatik Malaysia.
Siapakah si Asing tersebut?
Apakah generalisasi kepentingan asing yang mengobok-obok Indonesia valid adanya? Kita tentu saja perlu melakukan introspeksi diri tentang pemahaman ancaman asing tersebut. Ketidakpercayaan kita kepada negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris sudah beberapa kali terbukti dengan kejadian-kejadian politik domestik yang menyakitkan. Misalnya apa-apa yang terjadi pada era perang dingin dan penghianatan soal Timor-Timur. Namun apakah itu semua semata-mata kepentingan asing? Ataukah ada kekeliruan yang mendasar dari cara bangsa Indonesia mengatur dirinya sendiri. Pembangunan karakter bangsa Indonesia yang tidak terarah beriringan dengan maraknya pemanfaatan kesempatan oleh oknum-oknum penguasa yang berupaya melanggengkan kekuasaan, apakah itu bisa dikatakan sebagai kepentingan asing?