Bayi yang dihanyutkan ke sungai Citanduy tersebut akhirnya ditemukan oleh Aki dan Nini Balangantrang, sampai menjadi seorang pemuda. Ia bernama Ciung Wanara. Telur yang menemaninya ketika hanyut menetas menjadi ayam jantan setelah dierami ular yang bernama Nagawiru.
Ciung Wanara bermaksud menyabung ayam dengan raja. Setelah sampai di kerajaan, raja menerima tantangan Ciung Wanara untuk menyabung ayam. Bila ayam raja kalah, Ciung Wanara berhak mendapatkan setengah dari luas daerah kerajaan beserta isinya. Bila ayamnya sendiri kalah, Ciung Wanara harus menyerahkan jiwa kepada raja. Ternyata ayam milik Ciung Wanara menang sehingga ia berhak atas setengah dari wilayah kerajaan. la menjadi raja di wilayahnya.
Setelah menjadi raja, Ciung Wanara bermaksud membalas dendam kepada Raden Galih Barma. Dengan suatu tipu muslihat, ia berhasil memenjarakan Raden Galuh Barma dan Dewi Pangrenyep yang dianggap telah menyengsarakan dirinya berikut ibu kandungnya.
Baca Juga:KPK Ungkap Negara Dirugikan Rp31,7 Miliar dari Dugaan Korupsi Pembangunan Stadion Mandala Krida DIYSosok Capt Boy Awalia, Pilot Citilink Meninggal Saat akan Menerbangkan Pesawat Rute Surabaya-Makassar
Aria Banga tidak tinggal diam. Terjadilah perkelahian antara Ciung Wanara dengan Aria Banga. Perkelahian mereka berlangsung sangat seru dan cukup lama. Pada suatu kesempatan Ciung Wanara berhasil melemparkan Aria Banga ke seberang sungai.
Pada saat itulah mereka sadar bahwa perkelahian di antara dua bersaudara tersebut tidak akan berguna. Mereka berhenti berkelahi. Sungai yang memisahkan mereka selanjutnya diberi nama Cipamali sebagai tanda peringatan yang bermakna: pertikaian dengan saudara harus dihindarkan sebab termasuk pamali ‘pantang’. Aria Banga terus pergi ke sebelah timur, sedangkan Ciung Wanara terus pergi ke barat. Ibu kota negara Galih Pakuan oleh Ciung Wanara dipindahkan ke sebelah barat, kemudian diberi nama Pakuan Pajajaran.
Nama-nama tokoh dalam Sasakala Cipamali menyebutkan para raja penguasa Kerajaan Galuh. Nama tersebut yaitu: Ciung Wanara (gelar raja), Arya Banga, Dewi Pangrenyep, Dewi Naganingrum (dalam sejarah keduanya istri Permana Dikusumah penguasa Kerajaan Saunggalah). Raden Galih Barma atau Raden Barma Wijaya Kusumah adalah Tamperan Barmawijaya atau disebut juga Raja Bondan. Ia putera Rahyang Sanjaya Harisdarma, Raja ke-2 Kerajaan Sunda dan Pendiri kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Kalingga, Jawa tengah). Sementara itu, Aki Balangantrang adalah Bimaraksa (patih kerajaan Galuh) yang menyingkir pasca-penyerangan Rahyang Sanjaya ke istana Kerajaan Galuh, sehingga menewaskan Prabu Purbasora.