Melalui akun IG dan tweeter @ashdaqwijaya, Mas Bechi mempersilakan semua pihak agar bijak dan berhati-hati membaca dan menyimak berita kriminalisasi yang tengah ia alami.
“Saya nyatakan, saya tidak pernah melakukan pelecehan seksual itu. Saya akan berjihad demi kebenaran dan keadilan. Negara kita ini berkedaulatan rakyat berlandaskan UUD 45 dan Pancasila. Apapun yang terjadi saya akan mempertahankan Ponpes Shiddiqiyyah – Jombang ini. Terima kasih sudah mendzolomi saya! Ini malah membuat kami menjadi kuat dan solid!” tandasnya.
@ashdaqwijaya menyebut ada sejumlah bisnis yang tengah dijalankan Mas Bechi dan ibunya, Nyai SU. Antara lain PR Sehat Tentrem Jaya Lestari, pabrik rokok yang sudah berdiri sejak 2013; Hotel Yusro, hotel bintang tiga; PT Maa-an Ghodaqo Shiddiq Lestari yang memproduksi air mineral dalam kemasan bermerk Maaqo; Klinik Asy Syifaa di Ploso Jombang; Badan usaha milik Dhibra yaitu Al Kautsar yang memproduksi majalah dan madu murni; serta beberapa anak perusahaan Sehat Tentrem, seperti Cafe Omah Cangkruk Sehat Tentrem, RM Yusro Lestari, Klambi ST, Susu Tombo ST, Syukur Barokah Lestari, Bengkel Blokosutho, Genir, dan lainnya.
Baca Juga:Pertanyaan yang Belum Terjawab Seputar Aksi Adu Tembak Sesama Anggota KepolisianPolisi Temukan 2 Grup WA Akses Video Pornografi Anak, Member Capai 1.550 dengan 2.372 Konten
“Melihat daftar badan usaha pesantren yang kian kemari makin memanjang itu, siapa sih yang nggak ngiler untuk memilikinya? Banyak dong. Termasuk beberapa orang yang suka BERGEROMBOL satu sama lain, a.k.a GEROMBOLAN,” kicau @ashdaqwijaya pada 10 Februari 2022.
https://twitter.com/ashdaqwijaya/status/1491632486052659200?t=CLnIKUHPEFNbzWWmBrJG_w&s=19
Pengakuan Korban: Ada yang Disiksa dan Diperkosa
Pernyataan tersebut terpatahkan oleh pengakuan para santri yang menjadi korban pelecehan seksual Mas Bechi. Salah satu modus yang digunakan Mas Bechi ketika akan melakukan aksi bejatnya adalah menetralkan jiwa lewat ilmu metafakta.
Namun, banyak dari korban yang tidak mengetahui apa itu ilmu metafakta. Seperti pengakuan korban 1 yang dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (7/7). “Di kegiatan itu memakai ilmu metafakta mereka mengistilahkannya. Metafakta itu katanya tak bisa dijelaskan menggunakan akal, Jadi saya harus melepaskan pakaian. Dan melepaskan pakaian itu kan tidak bisa dilogika, di luar nalar. Saya tidak mau, saya tetap jawab tidak mau. Tapi dia memaksa masih menggunakan alasan yang sama. Kalau kamu tidak mau berarti kamu masih menggunakan akal, kamu belum menjiwai itu metafakta. Dia mengatakan mau menetralkan saya caranya dengan melepas seluruh pakaian saya. Saya tetap jawab, saya tidak mau. Saya enggak tahu harus bagaimana, saya enggak bisa ngapa-ngapain di situ enggak ada orang sama sekali.”