PEMERINTAH China memberikan peringatan kepada negara-negara ASEAN agar tidak menjadi pion dari negara-negara besar dunia. Hal ini diutarakan Beijing tatkala hubungannya dengan Amerika Serikat (AS) memanas di wilayah Laut China Selatan (LCS).
Dalam sebuah sesi pidato di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi mengatakan bahwa banyak negara dunia yang dipaksa harus memihak salah satu kekuatan besar.
Menurutnya, ini merupakan hal yang tidak tepat karena keamanan kawasan bukanlah tanggung jawab kekuatan-kekuatan besar melainkan negara yang berada di wilayah itu sendiri.
Baca Juga:Ini Keluhan Menlu Rusia Sergei Lavrov Usai Hadiri Pertemuan G20 di BaliGubernur Bank Indonesia Ungkap Fakta Kiamat ATM Semakin Nyata
“Kita harus melindungi wilayah ini dari perhitungan geopolitik … dari digunakan sebagai bidak catur dari persaingan kekuatan besar dan dari paksaan,” kata Wang, yang berbicara melalui penerjemah, seperti dilaporkan Reuters, Senin (11/7/2022).
“Masa depan wilayah kita harus ada di tangan kita sendiri,” tegasnya.
Asia Tenggara telah lama menjadi area gesekan antar kekuatan besar dunia yakni China dan Amerika Serikat (AS). Pasalnya, LCS, yang berada di kawasan itu, saat ini sedang menjadi sengketa antara Beijing dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
China mengklaim hampir seluruh wilayah lautan itu sebagai wilayahnya berdasarkan apa yang dikatakannya sebagai peta sejarah. Ini bertentangan dengan klaim teritorial negara di kawasan itu seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Di sisi lain, AS menyebut klaim China ini sebagai sesuatu yang ilegal. Washington bahkan seringkali menugaskan kapal perangnya ke LCS dalam sebuah misi yang disebut sebagai kebebasan navigasi.
“Elemen intinya adalah untuk mendukung sentralitas ASEAN, menjunjung tinggi kerangka kerja korporasi regional yang ada, menghormati hak dan kepentingan sah satu sama lain di Asia-Pasifik daripada bertujuan untuk memusuhi atau menahan pihak lain,” tambah Wang.
Sementara itu, selain LCS, Wang juga sempat mengutarakan pertentangannya dengan AS soal Taiwan dalam kesempatan yang sama. Ia menyebut langkah AS saat ini yang membela Taipei telah melubangi prinsip Satu China yang telah disepakati.
Baca Juga:Nasib 9 Negara Ini Bisa Bangkrut Seperti Sri LankaMungkinkah Moskow Rebut Kembali Alaska dari Washington DC?
“Kedua belah pihak di seberang Selat (Taiwan) akan menikmati pembangunan yang damai. Tetapi ketika prinsip Satu China secara sewenang-wenang ditentang atau bahkan disabotase, akan ada awan gelap atau bahkan badai ganas melintasi selat itu,” ujarnya lagi. (*)