ABSENNYA Gajah Mada dalam politik Majapahit meninggalkan luka bagi sang raja. Hayam Wuruk sangat bersedih. Bahkan dikisahkan raja itu begitu putus asa. Dia langsung menemui ibunya, kedua adik, dan kedua iparnya untuk membicarakan pengganti kedudukan sang Patih Amangkubhumi. Namun, tak ada yang bisa menggantikannya.
“Baginda berpegang teguh, Adimenteri Gadjah Mada tak akan diganti,” tulis Nagarakretagama pupuh 71/3.
GAJAH Mada merupakan salah satu sosok yang menyimpan misteri sepanjang masa dalam sejarah Nusantara.
Asal-usulnya tidak banyak diketahui, kematiannya pun menghadirkan teka-teki.
Baca Juga:Platform Medsos Reddit Luncurkan Avatar NFT Sebagai Profil PenggunaPertanyakan Pernyataan Luhut Harga Sawit Turun, Legislator: Jangan Cari Kambing Hitam soal Ukraina.
Disebutkan dalam kitab Kakawin Nagarakretagama, sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, dia menjumpai Gajah Mada telah sakit.
Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi karena sakit.
“Tersebut pada tahun saka angin delapan utama (1285). Baginda menuju Simping demi pemindahan candi makam… Sekembalinya dari Simping segera masuk ke pura. Terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada gering. Pernah mencurahkan tenaga untuk keluhuran Jawa. Di Pulau Bali serta Kota Sadeng memusnahkan musuh.”
Begitulah bunyi pemberitaan dalam Nagarakretagama pupuh 70/1-3 dikutip Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama. Raja Majapahit Rajasanegara atau Hayam Wuruk yang sedang melakukan perjalanan ke wilayah Blitar pada 1364 dikejutkan dengan berita Gajah Mada sakit. Dia segera kembali ke ibukota Majapahit. Kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca itu mengisahkan akhir hidup sang patih digdaya dengan kematian yang wajar.
Meski perannya di Kerajaan Majapahit begitu melegenda, akhir riwayat Gajah Mada hingga kini masih belum jelas. Arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada Biografi Politik menulis, ada berbagai sumber yang mencoba menjelaskan akhir hidup Gajah Mada. Dari cerita-cerita rakyat Jawa Timur, Gajah Mada dikisahkan menarik diri setelah Peristiwa Bubat. Dia kemudian memilih hidup sebagai pertapa di Madakaripura di pedalaman Probolinggo selatan, wilayah kaki pegunungan Bromo-Semeru.
Sekarang, di wilayah Probolinggo terdapat air terjun bernama Madakaripura. Air terjun ini jatuh dari tebing yang tinggi. Di balik air terjun yang mengguyur bak tirai itu terdapat deretan ceruk dan satu goa yang cukup menjorok dalam.