“Di rumah keluarga itu pula disimpan pakaian, parang, dan salawaku dari pahlawan Pattimura,” tulis IO Nanulita.
Dituliskan dalam Nanulita, keluarga Matulessia beragama Kristen Protestan. Nama Johannis dan Thomas diambil dari Alkitab.
Nama Matulessy disebut pula sebagai Matulessia, berasal dari kata ‘matatulessi’, artinya adalah ‘mati dengan lebih’ (ma=mati; tula=dengan; lessi=lebih). Nama ‘matatulessi’ berubah menjadi ‘matulessia’.
Baca Juga:Kontroversi Kapitan Pattimura atau Ahmad LussyErick Thohir Tegaskan Tidak Tolerir Segala Bentuk Indikasi Kecurangan yang Rugikan Negara
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy menyusun ‘Proklamasi Haria’ untuk menolak tegas kedatangan Belanda ke wilayah Maluku. Belanda berusaha menguasai Maluku sejak berakhirnya kedudukan Inggris di Indonesia pada tanggal 25 Maret 1817.
Di dalam ‘Proklamasi Haria’ tertera nama Thomas Matulessia. Sepucuk surat dikirim Thomas kepada raja-raja di Seram, ditandatanganinya dengan nama Thomas Matulessia.
Matulessia menjadi Matulessy
Berdasarkan catatan IO Nanulita, menurut beberapa orang yang berfam (nama famili) Matulessy mengalami diskriminasi oleh pemerintah kolonial Belanda.
Belanda tidak mau menerima raja, patih, murid, pegawai, serdadu atau agen polisi, yang bernama Matulessia. Fam itu harus diganti.
“Lalu ada keluarga yang berganti fam menjadi Matulessy atau Matualessy. Ada pula yang tetap memakai nama Matulessia. Di Hulaliu keluarga itu mengganti namanya menjadi Lesiputih, artinya putih lebih, yang mengandung makna orang putih yang menang,” tulis Nanulita.
Pada 1920, atas permintaan dari keluarga tersebut, Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum memutuskan mengizinkan keluarga Lesiputih memakai nama Matulessy lagi. (*)