“Sehingga semakin banyak chemical agent yang ditambahkan untuk meningkatkan kinerja kantong tersebut,” katanya.
Secara fisik, plastik daur ulang tersebut beraroma khas (berbau), tekstur tebal, elastisitas rendah, rapuh, mudah sobek dan kasar.
Interaksi bahan pangan dengan kemasan dalam jangka waktu tertentu, dapat menyebabkan terjadinya migrasi atau perpindahan chemical agent dari pengemas ke bahan pangan.
Baca Juga:Gubernur Bank Indonesia Lantik Pengurus ISEI Cabang Bandung Periode 2022-2025Perekonomian Jabar Tumbuh Positif 5,61 persen, BI: Inflasi Melebihi Batas Target di Awal Tahun 2022
“Apalagi jika bahan pangan yang dikemas mengandung lemak yang cukup tinggi seperti daging dan dipicu juga adanya suhu tinggi/pemanasan yang mungkin terjadi saat distribusi,” ujarnya.
“Alternatif bahan pengemas yang bersifat alami, sehat dan halal perlu dipikirkan untuk meminimalkan dampak negatif penggunaan kemasan plastik bagi kesehatan,” katanya. (*)