MENTERI Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest), Luhut Binsar Panjaitan menyatakan bahwa kebijakan ekspor Ukraina menjadi biang kerok harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit jeblok di bawah Rp1.000 per kg.
Luhut mengatakan Ukraina kembali membuka keran ekspor minyak nabati sunflower atau minyak biji matahari.
Sebagai informasi, ekspor produk itu tak dilakukan selama lima bulan terakhir.
Baca Juga:Menyusul Boris Johnson, 5 Menteri Inggris Undur Diri MassalBuntut Dugaan Anak Kyai Cabul, Kemenag Resmi Cabut Izin Operasional Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah
Selain itu, Ukraina juga menurunkan pajak ekspor minyak biji matahari. Dengan kebijakan itu, pemerintah setempat berharap ekspor kembali menggeliat.
“Memang tidak mudah menaikkan harga TBS itu karena kan selama ini harga minyak di Ukraina, minyak sunflower itu sudah lama tak ter ekspor berapa bulan tuh, empat sampai lima bulan. Sekarang dia (Ukraina) menurunkan pajak (ekspor juga), pengaruh lah ke yang lain,” ungkap Luhut di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (7/7).
Luhut mengaku belum punya proyeksi kapan harga TBS kelapa sawit bisa kembali merangkak. Sebab, Ukraina masih akan gencar mengekspor minyak biji matahari karena pasokan melimpah.
“Nggak bisa ngomong sekarang (kapan harga TBS naik). Harus lihat Ukraina, cadangan (minyak biji matahari) besar sekali tuh. Sekarang dibuka (ekspor), pajak dikurangi,” jelas Luhut.
Sebelumnya, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengatakan harga TBS kelapa sawit masih berada di bawah Rp1.000 per kg di banyak daerah Indonesia.
Bahkan, harga TBS kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, anjlok hingga Rp650 per kg.
Kepada Bidang Organisasi dan Anggota SPKS Sabarudin mengatakan harga TBS kelapa sawit mulai menurun sejak pemerintah melarang ekspor CPO pada April 2022 lalu.
Baca Juga:PPATK Bekukan 300 Rekening yang Dimiliki ACT, Tersebar di 41 Penyedia Jasa KeuanganPerdana Menteri Inggris Boris Johnson Undur Diri
Meski aturan tersebut telah dicabut pada Mei 2022 lalu, harga TBS kelapa sawit belum juga merangkak.
“Alasannya tangki-tangki di pabrik (kelapa sawit) itu penuh, sehingga perusahaan PKS memprioritaskan buah mereka atau buah petani plasma. Nah, petani swadaya itu, yang di luar kemitraan, kebanyakan memang dibatasi. Itu masih terjadi kok,” ujar Sabarudin.
Harga TBS kelapa sawit yang anjlok ini juga membuat sebagian petani menjual produk ke Malaysia. Hal ini sempat viral dibahas di jagat maya.