ADA batu seperti prasasti dan bertuliskan mandarin, karena sampai sekarang ‘Prasasti Tionghoa’ itu belum diketahui secara pasti siapa pemiliknya? Apalagi belum ada penelitian terkait arti tulisan tersebut. “Batu ini ditemukan di sungai Cipager,” ungkap Raden Hasan. Sungai Cipager, mengalir dari Gunung Ciremai hingga pesisir Utara Cirebon.
Saat ini, ‘Prasasti Tionghoa’ itu terpasang dekat dengan Makam Pangeran Pasarean bersama makam-makam yang lain. Patilasan Pangeran Pasarean terletak dipinggir Sungai Cipager. Lokasinya sendiri, kurang lebih 2 kilometer ke arah Timur Kabupaten Cirebon. Tepatnya, di RT 04 RW 01 Kelurahan Gegunung Kecamatan Sumber.
Siapa Pangeran Pasarean?
Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, beliau pemilik nama asli Pangeran Muhammad Arifin, putra Sunan Gunung Jati dengan Nyai Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan dari Majapahit. Sementara, Naskah Kanjeng Pangeran Raja Suleman Aria Bratawirya Sulendraningrat Kaprabonan Cirebon, beliau mendapat julukan Pangeran Jaka Lana. Sunan Gunung Jati memberikan tugas kepada Pangeran Pasarean untuk membuat tapal batas antara Cirebon dan Galuh.
Baca Juga:Penyanyi Widuri Tutup Usia, Bob Tutupoly Dikabarkan Alami Stroke Presiden Jokowi Tunjuk Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian Sebagai Menteri PAN-RB Ad Interim
“Dalam menjalankan tugas dibekali senjata cis sejenis keris yang menyerupai tombak,” ungkap Raden Hasan.
Beliau menancapkan senjatanya dari bukit di lereng Gunung Ciremai, saat ini disebut Mandirancan. Kemudian, mengarah ke Utara hingga sampailah di suatu wilayah yang tanahnya menyerupai gunung, dan sekarang disebut desa Gegunung.
“Banyak peziarah datang ke sini pada waktu-waktu tertentu khusunya ketika ada peringatan hari keagamaan,” katanya kepada delik.news (5/7).
Pangeran Pasarean, lanjutnya merupakan salah satu anak dari Sunan Gunung Jati. Ibunya bernama Nyi Mae Tapa Sari atau lebih dikenal dengan nama Putri Ki Ageng Tepasan yang berasal dari Majapahit.
“Nama aslinya adalah Pangeran Arifin, lahir tahun 1405 masehi. Dari kecil, dirinya sudah diajarkan ilmu agama oleh orang tuanya,” ujar Hasan.
Menurut Hasan, tugas utama yang diemban Pangeran Arifin yakni menjaga perbatasan antara Kesultan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Namun, karena Pangeran Arifin sering menggantikan Sunan Gunung Jati menjalankan tugas pemerintahan kemudian digelari Adipati Pangeran Pasarean.
“Tugas tersebut dilakukan ketika ayahnya sedang mensyiarkan agamas Islam ke daerah lain,” ucapnya.