PENDIRI Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Kiev, Ukraina dan Moskow, Rusia belum mencapai terobosan berarti. Menurutnya hanya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menyambut baik kedatangan Jokowi yang membawa misi perdamaian.
“Nampaknya dari pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Putin, hanya Presiden Zelenskyy yang menyambut baik dan merespons misi perdamaian ini, dalam arti Presiden Zelenskyy menyampaikan pesan pada Presiden Putin melalui Presiden Jokowi dan juga menyatakan menghargai posisi dan sikap serta upaya Presiden Jokowi,” ujar Dino dalam pernyataan persnya, Jumat (1/7/2022).
Dino menilik konferensi pers bersama antara kedua pemimpin di Moskow, bahwa Putin tidak mengapreasi pesan damai yang dibawa Jokowi. Putin, menurut Dino hanya membahas rujukan mengenai hubungan ekonomi RI-Rusia.
Baca Juga:Senator Partai Republik: Rakyat Amerika Tidak Ingin Perang dengan RusiaFakta-fakta Terkait Beli Gas Elpiji Harus Daftar MyPertamina
“Sewaktu di Moskow, Putin sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian dan yang dirujuk hanya mengenai hubungan ekonomi Indonesia-Rusia dan juga mengenai jika tidak salah ada mengenai ekspor gandum Ukraina, jadi tidak sama sekali merujuk pada misi perdamaian Presiden Jokowi,” katanya.
Mantan wakil menteri luar negeri itu juga mengecam perintah Putin tentang operasi militer yang masih dikerahkan di Ukraina ketika Jokowi bahkan berkunjung ke Ukraina. Menurut Dino, tidak ada sama sekali terobosan dalam misi damai yang dibawa Jokowi.
“Tidak ada terobosan karena kalau misi perdamaian itu berarti konsep perdamaian diterima oleh kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia, sementara di sini namanya yang responsif hanya Ukraina dan Rusia sama sekali tidak merespon gagasan atau upaya perdamaian dari Indonesia ini,” jata Dino.
Sementara itu , Dino juga menilai kelanjutan dari lawatan Presiden yang membawa pesan perdamaian agar tidak lagi berdampak bagi dunia. Indonesia dalam hal ini siap menjadi juru damai di antara kedua negara yang bertikai. Kendati demikian, hal ini memerlukan proses yang panjang.
“Kalau memang serius dan mau berlanjut terus maka tentu harus ada langkah-langkah berikutnya karena proses perdamaian dimanapun di dunia ini memerlukan sikap yang konsisten dan persisten, yang gigih,” katanya.