Narasi adanya harta karun Bung Karno yang jumlahnya bejibun dapat dipastikan adalah tidak benar. Bung Karno sendiri ketika menjabat orang nomor satu Indonesia kantongnya acap kali tipis. Ia hanya menerima 220 dolar AS per bulan.
Jumlah segitu jelas tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, kurang. Ia pun menyamakan kondisi keuangannya selama jadi presiden tak ubahnya seperti zaman berjuang di Bandung. Bedanya kala itu Bung Karno banyak dibantu oleh istrinya, Inggit Garnasih.
Sekali waktu, Bung Karno sendiri sampai meminjam uang dari ajudannya sendiri. Bung Karno tak malu menuturkannya. Ia juga menyebut dirinya sebagai salah satu presiden melarat di dunia. Alih-alih memiliki tabungan berlebih, rumah pun tidak punya.
Baca Juga:Berikut Harta Karun yang Diduga Tersembunyi di IndonesiaSelusur Ajaran Kabbalah Kepercayaan Rahasia Yahudi
“Aku tak memiliki rumah sendiri. Tidak ada tanah. Tidak ada tabungan. Lebih dari sekali aku tidak mempunyai sisa uang untuk pengeluaran rumah tanggaku. Di sebuah negara, Duta Besar kami terpaksa membeli piyama untukku. Satu-satunya piyama presiden sudah sobek. Negara menyediakan tempat tinggal dengan cuma-cuma, bebas pemakaian listrik, empat buah mobil resmi dan tiga di dalam garasi untuk tamu negara dan mereka membelikan pakaian seragamku.”
“Tetapi akulah satu-satunya presiden di dunia yang tidak punya rumah sendri. Baru-baru ini rakyatku menggalang dana untuk membangun sebuah gedung buatku, tapi di hari berikutnya aku melarangnya. Ini bertentangan dengan pendirianku. Aku tidak mau mengambil sesuatu dari rakyatku. Aku justru ingin memberi mereka,” cerita Bung Karno sebagaimana ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).
Sejarawan Ong Hok Ham juga menepis anggapan adanya harta karun Soekarno. Ia mengambil contoh dari kerajaan yang pernah menguasai tanah Jawa, Mataram Islam. Kerajaan itu diisukan memiliki harta karun yang bejibun.
Fakta di lapangan justru sebaliknya. Sistem perpajakan yang dijalankan Mataram Islam tak pernah sempurna. Mataram Islam sendiri tak dapat melunasi hutang-hutangnya kepada maskapai dagang Belanda, VOC. Kondisi itu tak jauh beda dengan kondisi harta karun Bung Karno. Andai kata harta karun itu ada maka Soekarno tentu dapat menjadi juru selamat Indonesia keluar dari resesi ekonomi 1960-an.