Ada beberapa alasan kenapa presiden Jokowi akan bertemu dengan pemimpin kedua negara yang tengah berperang tersebut.
Pertama, hal ini tidak terlepas dari pertemuan antara presiden Jokowi dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih pada 12 Mei bersama pemimpin ASEAN lainnya.
Saluran komunikasi Barat dengan Rusia telah rusak hingga level terendah. Posisi Indonesia yang selama ini menjadi mitra baik terhadap Amerika Serikat dianggap tepat untuk menyampaikan pesan Washington kepada Moscow.
Baca Juga:Megawati Soal Pilih Mantu Jangan Tukang Bakso, Pengamat: Apa Bedanya dengan Narasi Jin Buang Anak?Dinkes Kabupaten Cirebon Catat Kasus DBD Januari-Juni Capai 1.000 orang, 8 Meninggal Dunia
Mengingat hingga saat ini hubungan Indonesia dengan Rusia terjalin baik dan ditambah dukungan besar masyarakat Indonesia terhadap Rusia saat ini.
Dan pembatalan pembelian minyak Rusia oleh Pertamina meski minyak tersebut lebih murah dari harga pasaran dunia saat ini, membuat Amerika nyaman dengan posisi Indonesia.
Kedua, tunduknya Indonesia atas tekanan Amerika Serikat dan negara Barat lainnya dengan diundangnya Presiden Ukraina Zelensky di pertemuan puncak KTT G 20 di Bali nanti.
Indonesia sadar telah kehilangan posisi strategis dalam perhelatan bergengsi tersebut, karena dipastikan isu Ukraina akan menjadi tema utama.
Dan tema besar G20 akan kehilangan makna. Untuk itu, Indonesia mencoba melakukan kemenangan diplomasi dengan tampil sebagai agen perdamaian. Syukur jika hal ini dapat menjadi legacy Presiden Jokowi.
Sesuai Konstitusi Indonesia Turut Menjaga Ketertiban Dunia
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Amanah inilah yang selalu menjadi landasan bagi Indonesia berpartisipasi dalam pasukan perdamaian PBB ataupun menjadi mediator bagi negara yang berkonflik jika dibutuhkan.
Baca Juga:Anies Baswedan Berpotensi Terkena Upaya Framing Politik IdentitasDukung Pemulihan Ekonomi, JMSI Jabar Gelar Pelatihan UMKM di Kota Bandung
Namun konflik Rusia-Ukraina adalah sesuatu yang berbeda dan secara geopolitik dikuatirkan Indonesia akan terjebak dan salah ambil posisi dalam konflik ini.
Yang harus disadari adalah, pertama Indonesia bukan negara pemilik senjata nuklir sehingga dalam konflik ini posisi Indonesia tidaklah terlalu signifikan untuk menekan Rusia langsung atau pun memengaruhi Amerika Serikat dimana kendali Ukraina berasal.
Kedua, Indonesia bukan eksportir minyak dan gas ke Uni Eropa sehingga tidak dapat memainkan kartu energi yang mampu menggantikan pasokan minyak dan gas Rusia ke Eropa.