Sebab, dalam laporan yang dia dapat tahun lalu, penyebab kematian Suardi adalah serangan jantung.
“Kita akan telusuri lebih lanjut. Saya enggak tahu sebetulnya pihak KBMB ini infonya dari mana, kalau berdasarkan file tertulis di kita, almarhum meninggalnya karena heart attack.
“Ini mau kita cek juga dengan depot,” kata Heni kepada BBC News Indonesia.
Baca Juga:Mulai 1 Juli 2022, Pembeli Pertalite Wajib Daftar ke Website MyPertamina, Begini PenjelasannyaPendeta Fernando Tambunan Ditembak Pria Misterius di Deliserdang
Menanggapi temuan KBMB, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan total ada 149 tahanan asal Indonesia yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi di seluruh Sabah.
Semuanya, disebabkan oleh penyakit, mulai dari Covid-19, sampai penyakit serius seperti kegagalan fungsi organ dan serangan jantung.
Penyataan itu membuat KBMB terkejut karena jumlah kematian WNI di DTI ternyata lebih tinggi dari yang mereka duga.
Heni juga mengatakan akan melakukan verifikasi lagi ke pihak DTI terkait jumlah kematian yang sebenarnya.
Akses terbatas, pemukulan bukan isu baru
Anggota tim pencari fakta KBMB Abu Mufakhir mengatakan akses terbatas ke DTI membuat dugaan kekerasan di dalamnya sulit terkuak.
Pasalnya, kata dia, pihak-pihak yang bisa masuk ke Depot tahanan hanya PBB, Palang Merah Internasional, dan Suhakam atau Komnas HAM Malaysia.
“Kami beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk bertemu para deportan sejak hari pertama mereka dideportasi, sehingga kami mendapatkan banyak cerita tentang berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di detensi, yang dialami oleh mereka sendiri, yang bahkan menyebabkan beberapa orang kehilangan anggota keluarganya,” ujar Abu.
Baca Juga:Presiden Jokowi: G7 dan G20 Harus Atasi Krisis PanganPresiden Jokowi dan PM Narendra Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Pangan
Mantan Ketua Suhakam Jerald Joseph mengakui temuan KBMB di DTI Tawau ini bukanlah yang pertama kali dia dengar.
“Malangnya, apabila mereka mengalami penyiksaan di dalam depot imigresen, mereka tidak berpeluang membuat komplain, sebab telepon mahal, tidak ada orang yang datang untuk menerima informasi.
“Dan mungkin juga mereka agak takut,” kata Jerald dalam acara Peluncuran Laporan Tim Pencari Fakta Koalisi Buruh Migran Berdaulat, Sabtu (25/6/2022).
Jerald mengatakan para deportan juga kerap mendapatkan hukuman cambuk rotan.
Dia mengungkap, pemerintah Malaysia beranggapan, hukuman cambuk rotan akan mengurangi jumlah orang yang masuk ke Malaysia atau bekerja ke Malaysia tanpa dokumen resmi.