NARASI Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri soal pilih mantu jangan tukang bakso dinilai masuk kategori penghinaan.
Pemerhati sosial politik Adian Radiatus menyayangkan, narasi tersebut justru muncul dari mulut Megawati, ketum parpol sekaligus Presiden Kelima RI.
“Siapa yang bicara, itu yang ditinjau, bukan lagi apa isi kata-kata yang diucapkan,” kata Adian diberitakan Kantor Berita RMOLJakarta, Senin (27/6).
Baca Juga:Dinkes Kabupaten Cirebon Catat Kasus DBD Januari-Juni Capai 1.000 orang, 8 Meninggal DuniaAnies Baswedan Berpotensi Terkena Upaya Framing Politik Identitas
Adian mengatakan, imbauan Mega untuk makan makanan yang direbus saja mencerminkan miskin dan susahnya hidup rakyat di era Presiden Joko Widodo ini.
Narasi jangan pilih tukang bakso pun dinilainya merupakan sebuah gambaran betapa rendahnya profesi seorang tukang bakso.
“Bahkan seandainya yang jualan tampan dan cerdas mungkin Megawati tidak tahu. Termasuk berapa besar omset penjualan Bakso Afung atau Bakso Solo itu,” kata Adian.
Terlepas dari alasan Mega melontarkan pernyataan kontroversial saat acara PDIP itu dinilai bukan hal yang patut diucapkan. Adian pun teringat kontroversi yang disampaikan Edy Mulyadi soal tempat jin buang anak dalam kasus Ibukota Negara (IKN) Kalimantan Timur.
“Karena seperti juga Megawati tak punya maksud menghina atau melecehkan, demikian pula Edy Mulyadi,” kata Adian.
“Penguasa boleh berkilah, mengapa rakyat tidak? Maka terhadap kasus yang menimpa Edy Mulyadi, kita berharap diputus bebas murni, direhabilitasi nama baiknya,” tandasnya. (*)