MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan tentang krisis global yang akan dihadapi berbagai negara.
Banyak negara yang akan kesulitan, terutama dalam masalah keuangan. Bahkan tidak mustahil akan ada negara yang bangkrut. Negara itu dalam kondisi yang sangat rentan secara finansial.
Hal itu dilaporkan oleh Dana Moneter International (IMF), berdasarkan indikator peningkatan inflasi global, yang dibarengi dengan pengetatan moneter negara maju. Bisa jadi negara-negara yang berpenghasilan rendah segera terdampak.
Baca Juga:KPK Panggil 6 Saksi Kasus Dugaan Suap Pengurusan Perizinan Pemkot Yogyakarta, Salah Satunya Dirut SummareconHari Ini 52 Tahun Lalu, Saat Megawati Bisikan Kalimat Syahadat ke Telinga Bung Karno
Peringatan yang sama juga dilontarkan Presiden Joko Widodo saat berbicara di Rakernas II PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selasa siang ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara soal krisis yang tengah dihadapi negara-negara di dunia. Menurutnya kondisi dunia saat ini serba tidak pasti dan makin mengerikan.
“Dunia sekarang ini penuh dengan ketidakpastian. Dunia dalam keadaan yang sangat-sangat sulit kalau kita tahu betul masalah yang ada sekarang ini semakin tahu, semakin ngeri,” kata Jokowi.
Kondisi yang dihadapi setiap negara saat ini tidaklah mudah. Krisis yang bertubi-tubi seperti pandemi Covid-19 dan perang berdampak ke berbagai sektor mulai dari pangan, energi, dan krisis keuangan.”Terakhir baru kemarin, saya mendapatkan informasi, 60 negara akan ambruk ekonominya. 42 dipastikan sudah menuju ke sana,” tegas Presiden Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan hal yang sama. “Bersyukur kita, bahwa posisi utang pemerintah saat ini masih berada pada level yang aman, terutama dengan penerimaan yang meningkat akibat lonjakan harga komoditas global,” tegasnya.
Rasio utang pemerintah bahkan mengalami penurunan, di mana posisi utang pemerintah pada April 2022 tercatat sebesar Rp7.040,32 triliun, atau mencapai 39,9 persen dari PDB.
“Dengan penerimaan kuat yang kita nikmati karena commodity boom, rasio utang kita terhadap PDB sebenarnya sekarang turun menjadi 38 persen dari PDB,” katanya dalam acara UI International Conference on G20.
Sri Mulyani menjelaskan, banyak negara di dunia harus meningkatkan utang secara drastis karena tidak memiliki pilihan lain, terutama untuk menangani dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan terhentinya kegiatan perekonomian. Dalam hal ini, defisit anggaran juga menjadi tidak terhindarkan.