PEMILU Presiden dan Wakil Presiden 2024 memang terbilang masih lama tetapi baunya sudah tercium dimana mana. Aroma pemilu mulai semerbak baunya setelah pemerintah dan DPR sepakat untuk menggelar pesta demokrasi itu setelah sebelumnya muncul isu-isu mau ditunda pelaksanaannya.
Aroma pemilu juga semakin terasa setelah menyaksikan elite elite politik yang mulai rajin bersafari ria, saling sapa untuk kemungkinan membentuk koalisi nantinya. Elite elite politik yang digadang gadang bakal maju sebagai calon presiden maupun wakil presiden juga mulai rajin memoles citra dirinya.
Tebar pesona dilakukan guna menaikkan popularitas dan elektabilitasnya. Siapa tahu dengan begitu partai politik akan melamarnya untuk di usung menjadi kandidat calon pemimpin bangsa nantinya.
Baca Juga:Korem 063/SGJÂ Resmi Buka Liga Santri di Stadion PurnawarmanHamilton Spa Gelar Pesta ‘Bungkus Night’ Disegel Polisi
Bagaimana para politisi itu memanfaatkan sarana tebar pesona untuk menaikkan popularitas dan elektabilitasnya ?, Apakah aksi pencitraan alias tebar pesona itu sebenarnya mengandung unsur kebohongan didalamnya ?. Dibaliknya maraknya aksi tebar pesona yang kini melanda elite elite bangsa, bagaimana sebaiknya masyarakat menyikapinya ?. Lalu buat para politisi yang suka tebar pesona, apa yang kiranya perlu diwaspadainya supaya alas kaki tidak terlempar kepadanya ?
Fenomena Tebar Pesona
Salah satu sarana yang biasa dilakukan oleh politisi untuk menaikkan popularitas dan elektabilitasnya adalah lewat aksi pencitraan atau tebar pesona. Tebar pesona ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Ada yang menggunakan profil dirinya sendiri maupun menggunakan sosok orang lain untuk mengiklankan dirinya.
Sarana tebar pesona yang digunakan bisa memanfaatkan media sosial maupun media massa pada umumnya.Tidak berhenti di situ saja, tebar pesona biasa menghalalkan segala cara demi mendapatkan keinginannya dengan mencantumkan identitas-identitas kelompok, golongan dan lain sebagainya untuk memperkuat daya tarik dan daya pikatnya.
Di media massa banyak kita temui artikel-artikel yang ilustrasi gambar atau fotonya mengarah pada identifikasi yang tergolong tebar pesona. Di media sosial (medsos) juga banyak konten-konten dalam berbagai bentuk (tulisan, gambar, foto, video, film dll) yang jelas-jelas hanya untuk tebar pesona.
Tak kalah seru, kini juga menjamur baliho-baliho di seantero negeri yang berisi gambar/foto politisi yang motif dan skenario manipulasinya pun sangat mudah terbaca. Tapi, mereka (partai politik dan politisinya) lupa di mana menaruh telinga, mata, dan hatinya, hingga membutakan diri dari situasi dan kondisi rakyat yang sedang menderita. Pada hal penderitaan itu bisa jadi juga dibikin oleh partai politik dan politisi mereka.