BERABAD-abad silam, konon tertulis bila Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari tewas dibunuh oleh tentara Kerajaan Kediri dalam sebuah pesta besar.
Kala itu, Kertanegara bersama para patihnya didapati sedang berpesta pora. Mereka makan dan minum sebanyak-banyaknya, mabuk-mabukan hingga bersetubuh dengan para perempuan sepuasnya. Kertanegara pun lengah, dengan mudahnya mereka pun diserang oleh tentara Kediri.
Sesungguhnya apa yang dilakukan Kertanegara kala itu, adalah ritual biasa bagi penganut aliran Budha Tantra atau Tantrayana. Sebab itu mereka pun kerap menggelar upacara memuja Bhairawa.
Baca Juga:Peternak di Thailand Berikan Pakan Ganja untuk Ayam-ayamnya, Kualitas Daging UnggulDeretan Peringatan Jokowi Soal Ancaman Krisis Pangan
Dalam praktiknya, upacara memuja Bhairawa mengharuskan penganutnya untuk melakukan ritual Pancamakarapuja. Yakni melakukan melakukan lima hal keharusan yang dikenal dengan sebutan Batara Lima atau Ma-Lima.
Ma-Lima, cukup fenomenal. Sebab semuanya ‘terlarang’, namun harus dilakukan sebanyak-banyaknya oleh penganutnya. Ma yang pertama adalah Mada atau menenggak minuman keras atau mabuk-mabukan.
Kemudian, ma yang kedua adalah Maudra atau melakukan tarian yang melelahkan hingga pingsan. Lalu, ma yang ketiga yakni Mamsa atau memakan daging mayat dan meminum darahnya.
Dan ma yang keempat yakni memakan ikan gembung beracun dan ma yang kelima adalah Maithuna atau bersetubuh secara berlebihan.
“Istilah Tantrayana ini berasal dari akar kata Tan, yang artinya memaparkan kesaktian atau kekuatan daripada Dewa itu. Di India penganut Tantrisme banyak terdapat di India Selatan dibandingkan dengan India Utara,” ujar Dani Maharsa, budayawan yang mempelajari tentang Tantrayana.
Ajaran ‘kontroversial’ sekte Tantrayana cukup banyak termuat dalam kitab. Di antaranya yakni Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara.
Penyebarannya pun cukup mengejutkan. Tercatat ajaran ini pernah berkembang luas hingga ke China dan Tibet selain di Indonesia.
Baca Juga:Dapat Pesan WhatsApp Ini, Bareskrim: Sebaiknya Anda Perlu Hati-hatiGus Dur: Proyek Jembatan Surga-Neraka Mangkrak karena Pemimpin Proyek, Pemborong, Menteri Ada di Neraka
Di Bali, Tantrayana pernah berkembang dalam bentuk Siwa Tantra atau lebih dikenal dengan Siwa Bhairawa.
Perkembangannya telah mulai terlihat sejak pemeritahan Raja Dharma Udayana Warmadewa yang didampingi permaisurinya Mahendradhatta sekira abad kesepuluh.
Dalam hal ini Mahendradhatta sebagai Calon Arang atau Rangda ing Girah bersama murid-muridnya sebagai penganut Tantrayana memuja Dewi Durga untuk mendapatkan ilmu gaib, kesaktian agar terkabul segala kehendaknya.