Belum lagi keberadaan serdadu Sepoy yang menurut Peter membuat orang-orang Jawa ketakutan. “Raffles bilang cukup untuk dua resimen Inggris dan lima Batalyon Sepoy dan berkat rasa takut yang mereka timbulkan di masyarakat Jawa dalam segala hal tidak lebih rendah dari serdadu Eropa,” kata Peter dalam Tur Sejarah “Jejak Inggris di Jawa 1811-1812, di Yogyakarta, Rabu, 30 Agustus 2017.
Wilayah Kadipaten termasuk yang terbanyak menerima serangan. Serangan itu membuat penghuninya, termasuk Putra Mahkota yang kemudian diangkat menjadi HB III dan putranya, Pangeran Diponegoro, berlarian ke dalam baluwerti menuju arah Taman Sari melalui Jalan Ngasem.
“Waktu rombongan dari Kadipaten ingin ke Taman Sari ada banyak plengkung dan gapura yang tertutup dengan bangkai kuda,” ujar Peter.
Baca Juga:Trah Sri Sultan Hamengku Buwono II Minta Kerajaan Inggris Kembalikan Aset yang Dirampas Thomas Stamford RafflesPolisi Tangkap Pelaku Penusukan WNA asal China
Bukan hanya bangkai kuda, mayat-mayat korban serangan itu bergeletakan menumpuk di benteng, di setiap sudut gerbang, dan terutama di gerbang utama yang menghadap alun-alun utara. Inggris kehilangan 23 orang selama serangan sejak pukul 05.00 hingga 08.00 pagi itu, 78 lainnya terluka.
Itu tak seberapa dibanding pihak Jawa. Seribu pasukan Inggris-Sepoy terlibat dalam operasi itu bisa dikatakan cukup untuk menekan pasukan Jawa. “Untuk Jawa, ribuan korban,” jawab Peter.
Sultan Sepuh ditangkap. Belum cukup dengan itu, tentara menjarah keraton besar-besaran. Peti berisi harta benda dari keraton hilir mudik diangkut dengan gerobak melalui alun-alun sampai empat hari lamanya. Nilainya melebihi 120 juta dolar AS di masa kini.
Jarahan diangkut ke kepatihan. Lalu semua yang berharga seperti manuskrip dibawa ke Rustenburg (keresidenan). Hasil jarahan itu dibagikan antara perwira, serdadu Inggris-India.
“Di dalam keresidenan (jarahan –red.) disortir semua,” kata Peter.
Sementara kemenangan ini juga tidak diabaikan Raffles. Ia pun menulis dari Semarang pada 25 juni 1812 kepada Lord Minto. Katanya, ini adalah pertama kalinya kekuasaan Eropa berjaya di Jawa.
“Sampai saat ini kita belum pernah bisa menyebut diri kita sendiri penguasa dari provinsi-provinsi yang paling berharga di bagian dalam, apalagi milik kita di pantai laut selama ini selau tidak menentu,” kata Peter mengutip surat Raffles.