Dalam kondisi pandemi, imbuhnya, sektor pertanian menempati posisi yang semakin sentral.
“Kita tahu, FAO memperingatkan potensi terjadinya krisis pangan, hati-hati mengenai ini, hati-hati. Akibat pembatasan mobilitas warga, dan bahkan distribusi barang antarnegara, distribusi pangan dunia menjadi terkendala,” ujarnya.
Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-5 (18 November 2020)
Besarnya kebutuhan masyarakat dunia terhadap pangan membuka peluang yang amat besar dan akan terus bertumbuh bagi sektor tersebut. Pengembangan sektor pangan dilakukan bukan hanya untuk merespons kemungkinan terjadinya krisis pangan akibat pandemi, tapi juga sejalan dengan melonjaknya populasi penduduk dunia yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan pangan.
Baca Juga:Dapat Pesan WhatsApp Ini, Bareskrim: Sebaiknya Anda Perlu Hati-hatiGus Dur: Proyek Jembatan Surga-Neraka Mangkrak karena Pemimpin Proyek, Pemborong, Menteri Ada di Neraka
Jokowi mendorong dan mendukung pengembangan sektor pangan tersebut. Namun, menurutnya, pengembangan tersebut membutuhkan cara-cara baru yang inovatif dan berdampak besar bagi kepentingan banyak.
“Pengembangan sektor pangan membutuhkan cara-cara baru yang inovatif, yang meningkatkan efisiensi proses produksi, pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung lingkungan, dan yang menyejahterakan para petani,” ujarnya.
Rapat Terbatas (23 September 2020)
Guna memperkuat ketahanan pangan nasional, Jokowi mengembangkan kawasan lumbung pangan atau food estate di tiga provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
“Penyediaan cadangan pangan nasional ini adalah agenda strategis yang harus kita lakukan dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis pangan akibat pandemi COVID-19, yang sudah berkali-kali diingatkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) mengenai krisis pangan dunia. Hal ini juga untuk mengantisipasi perubahan iklim, serta juga tidak kalah pentingnya adalah mengurangi ketergantungan kita pada impor pangan,” ujar Jokowi. (*)