PRESIDEN Jokowi seringkali mewanti-wanti soal ancaman krisis pangan yang menghantui dunia dan Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu Jokowi menyebut ancaman kenaikan harga pangan akibat perang Rusia-Ukraina berisiko bagi Indonesia karena sudah merasakan dampaknya.
Hal ini disampaikan Jokowi disela-sela meninjau Bendungan Sindangheula yang terletak di Kabupaten Serang, Banten, Jumat (17/062022).
“Yang paling penting menjadi fokus saya adalah harga pangan. Jadi, saya ingin perang dihentikan,” kata Jokowi dikutip dari CNBC International.
Baca Juga:Dapat Pesan WhatsApp Ini, Bareskrim: Sebaiknya Anda Perlu Hati-hatiGus Dur: Proyek Jembatan Surga-Neraka Mangkrak karena Pemimpin Proyek, Pemborong, Menteri Ada di Neraka
Jokowi memang memiliki perhatian serius terhadap adanya potensi krisis pangan. Hal ini tak lepas dari situasi global saat ini, termasuk adanya konflik antara Ukraina dan Rusia yang merembet ke berbagai negara.
Negara lain seperti Indonesia pun ikut terkena dampaknya, dimana harga beberapa komoditas seperti gandum menjadi mahal. Namun Indonesia juga turut serta menjadi penyebab krisis minyak goreng di negara lain karena penutupan kran ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya beberapa waktu lalu.
Karena gentingnya persoalan krisis pangan, Jokowi beberapa kali membahasnya, terbaru pada acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jumat (10/6/22) lalu. Seakan tidak puas, Jokowi kembali mengangkat bahasan serupa pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022 pada hari ini, Selasa (14/5).
Ini rentetan peringatan Jokowi soal ancaman krisis pangan:
Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022 (14/6/22)
Jokowi mengemukakan saat ini dunia tengah dihantui oleh ancaman krisis pangan hingga krisis energi. selain itu, ada pula ancaman inflasi yang menjadi momok semua negara, tak terkecuali Indonesia.
“Dan sampai saat ini, ini baru awal-awal. oleh sebab itu, kita semuanya betul-betul harus siapkan diri,” tegas Jokowi.
Jokowi menegaskan dalam menghadapi ancaman krisis pangan dan energi, perlu ada persiapan matang. Apalagi, khusus untuk yang berkaitan dengan energi, hampir separuh kebutuhan energi nasional adalah barang impor.
“Kita ini negara besar, pangan juga butuh pangan yang besar, energi juga butuh yang besar baik untuk kendaraan, industri, rumah tangga dan lain-lain,” tegasnya.
Baca Juga:Ajarkan Manunggaling Kawula Gusti, Syekh Siti Jenar Kalah Tarung dengan Sunan KalijagaKredit Macet PT Titan Group di Bank Mandiri Senilai Rp6 Triliun, Faizal Assegaf: Mirip Kasus Bank Century
“Ancaman krisis pangan ini juga bisa menjadi peluang karena lahan kita besar, banyak yang belum dimanfaatkan, banyak yang belum produktif,” tegasnya.