MAJAPAHIT merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Indonesia.
Pada masa jayanya, Kejayaan Majapahit mampu menguasai hampir seluruh Nusantara, yang kini menjadi Indonesia dan beberapa wilayah di sekitarnya.
Hanya wilayah Sunda, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Pajajaran, yang tidak dikuasai oleh Majapahit.
Baca Juga:Batu Palangka Sriman Sriwacana Diboyong dari Pakuan ke Surosowan, 8 Peninggalan Ini Terungkap PajajaranKapal Nelayan Pencari Kepiting Ditabrak Kapal Peti Kemas, 2 Tewas
Konon, Majapahit enggan untuk menguasai wilayah Sunda karena dahulu pernah ada hubungan antara Jawa dan Sunda.
Karena ada anggapan bahwa raja-raja Sunda masih keturunan dari Jayabhupati, yang masih berkerabat dengan penguasa di Jawa bagian timur.
Selain itu, menurut naskah Wangsakerta, pendiri Majapahit, Raden Wijaya, dianggap sebagai keturunan dari Sunda.
Kendati demikian, hubungan Majapahit dan Pajajaran memiliki catatan hitam pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk.
Lantas, apa catatan hitam hubungan Kerajaan Majapahit dan Pajajaran?
Perang BubatPeristiwa yang menjadi catatan hitam hubungan Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Pajajaran di mana peristiwa tersebut merupakan tanggung jawab Gajah Mada adalah Perang Bubat.
Peristiwa ini berawal dari rencana pernikahan antara putri Pajajaran, Dyah Pitaloka, dan Hayam Wuruk, penguasa Majapahit periode 1350-1389.
Sejarawan berpendapat bahwa rencana pernikahan Dyah Pitaloka Citraresmi dengan Hayam Wuruk adalah murni hubungan cinta di antara keduanya.
Baca Juga:Joe Biden Jatuh dari Sepeda, Gedung Putih: Kakinya Tersangkut PedalSejak Kapan Rendang Punya Agama? Ini Jawaban Menohok Ustaz Adi Hidayat
Namun, Gajah Mada, yang sangat berambisi menaklukan seluruh Nusantara menganggap Pajajaran tunduk di bawah Majapahit melalui pernikahan itu.
Merespons persyaratan Gajah Mada, Pajajaran tidak terima, hingga menyebabkan Perang Bubat, yang terjadi di bagian utara Trowulan, Mojokerto.
Perang Bubat menewaskan seluruh rombongan dari Pajajaran yang mengantarkan Dyah Pitaloka Citraresmi ke Majapahit.
Melihat hal itu, Dyah Pitaloka Citraresmi memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Meski kalah dalam Perang Bubat, Pajajaran tidak pernah tunduk kepada Majapahit.
Setelah Dyah Pitaloka Citraresmi meninggal, Hayam Wuruk meratapi kematiannya dan menyesalkan tindakan Gajah Mada.
Akibat Perang Bubat, hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi renggang. Oleh para pejabat dan bangsawan Majapahit, Gajah Mada dianggap lancang dan gegabah.
Bahkan Perang Bubat dianggap sebagai peristiwa yang menyebabkan lemahnya Kerajaan Majapahit setelah wafatnya Hayam Wuruk.