ANAK Perawan di Sarang Penyamun, buku karangan Sutan Takdir Alisjahbana dan diterbitkan Balai Pustaka pada 1941. Sampai sekarang selama 81 tahun, buku tersebut masih digemari.
Entah sudah berapa belas kali cetak ulang oleh penerbit yang sama. Anak Perawan di Sarang Penyamun sebetulnya cuma cerita roman biasa. Tapi, masalahnya jadi lain ketika ia difilmkan pada 1962. Apalagi diproduksi saat situasi politik tahun 1960-an memanas.
Film yang disutradarai oleh Usmar Ismail (Perfini) kontan diboikot oleh golongan kiri dan akhirnya oleh Badan Sensor Film (BSF) ditarik dari peredaran. Alasannya Sutan Takdir Alisjahbana yang pernah menjadi rektor Universitas Nasional (Unas), ketika itu melarikan diri ke Malaysia karena menentang Bung Karno. Film itu sendiri dibintangi aktor ganteng Bambang Hermanto dan artis cantik Nurbani Yusuf.
Baca Juga:Soal Mortir dari Serbia, BIN Bantah Tudingan Kelompok Pemantau Senjata yang Berbasis di LondonPernyataan Mengejutkan Selebgram Ayu Thalia di Persidangan, Tidur Bareng dengan Nicholas Sean
Dalam sinopsis film disebut suatu kali gerombolan perampok pimpinan Medasing (Bambang Hermanto) menguras habis harta seorang haji kaya (Rd Ismail). Dibawa lari juga ke sarang mereka di tengah hutan lebat itu, anak pak haji, Sayu (Nurbani Jusuf).
Walau dari luar bertampang kasar, tetapi Medasing berhati lembut. Sebagai pemimpin dia tetap mempertahankan peraturan untuk tidak mengganggu keperawanan gadis itu.
Usaha melanggar peraturan hampir selalu dapat digagalkan oleh Sayu, justru berkat kebaikan budi dan keteguhan iman. Hal ini yang kemudian membuat Medasing insyaf dan membuang perbuatan tercelanya selama ini.
Menukil dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id Anak Perawan di Sarang Penjamun pertama kali muncul sebagai cerita bersambung dalam majalah Penindjauan, tahun 1932. Delapan tahun kemudian, yakni tahun 1940, novel ini terbit pertama kali dalam bentuk buku oleh Balai Pustaka, Jakarta.
Cetakan kedua tahun 1957 dan cetakan ketiga tahun 1963 diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Tahun 1964, novel ini diterbitkan dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia setelah setahun sebelumnya (tahun 1962) diangkat ke layar lebar oleh Usmar Ismail sebagai sutradara.
Pada 1977 cetakan kelima novel ini diterbitkan oleh Dian Rakyat dan hingga tahun 1992 telah mengalami cetak ulang kesebelas. Tahun 2008, Dian Rakyat kembali menerbitkan ulang novel ini.