Mengutip pidato Mukti Ali 36 tahun silam di Surabaya, kedua awak Martin Air yang berkewarganegaraan Indonesia itu adalah Lilik Herawaty, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya dan Abdul Hamid Usman, mahasiswa IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Para calon haji yang menjadi korban rata-rata berumur 40 sampai 65 tahun.
Anak cucu ke-182 calon haji yang meninggal syahid ini mungkin hingga kini rutin menziarahi Ampel, namun tak ada yang pernah mengunjungi pekuburan massal nenek moyang mereka yang ada di Maskeliya, Srilangka.
“Selama ini memang hanya pihak Kedubes yang sering ke Maskeliya,” kata Dubes Djafar Husein, usai ziarah Kamis itu. Sampai kini, Kedubes RI di Colombo masih menyimpan rapi semua dokumen berkaitan dengan kecelakaan itu, termasuk laporan barang-barang dan identitas milik para calon haji yang telah menjadi syuhada itu. (*)