BADAN Intelijen Negara (BIN) membantah tuduhan yang dilaporkan oleh kelompok pemantau senjata, CAR (Conflict Armament Research) yang berbasis di London, Inggris.
Dalam laporannya CAR menyebut BIN telah membeli sebanyak 2500 mortir dari Serbia yang digunakan dalam operasi di Papua pada Juli 2021 lalu. Mortir tersebut diproduksi oleh pabrik senjata Serbia, Krusik.
Laporan itu juga menunjukkan BIN menerima 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya difungsikan untuk membasmi bahan peledak.
Baca Juga:Pernyataan Mengejutkan Selebgram Ayu Thalia di Persidangan, Tidur Bareng dengan Nicholas SeanFilm Inggris Tentang Putri Nabi Muhammad , Fatimah Az-Zahra, Berjudul “The Lady of Heaven” Karya Ulama Syiah
Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN Mayjen Edmil Nurjamil menampik hal itu. “Enggak, enggak ada. kita enggak punya itu. Itu punya TNI,” Nurjamil saat ditemui di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (16/6).
Ia juga membantah terkait temuan lapangan bahwa terdapat 32 mortir dari Serbia dijatuhkan, termasuk lima yang tak meledak di Papua. Ia pun membantah bahwa senjata itu dibeli oleh BIN.
“Enggak lah. Kan Pangdamnya sudah mengakui kalau itu senjata TNI. Kita enggak main-main begitu. Panglima Kodamnya sudah sampaikan, bulan apa itu,” katanya. (*)