BELUM lama ini, publik sempat dihebohkan dengan menu makanan dari olahan daging babi dengan bumbu khas padang.
Menu makanan itu disediakan oleh salah satu pemilik usaha nasi padang rumahan yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Terungkapnya usaha kuliner nasi padang babi ini pun menuai kritik dan kecaman dari berbagai pihak.
Baca Juga:34 Wilayah Berpotensi Terdampak Gelombang Tinggi 1,25 hingga 6 MeterEpidemiolog: Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 Bisa Picu Gelombang Covid-19
Pasalnya, kuliner berbahan dasar babi dengan menggunakan bahasa Minang itu dinilai tidak sesuai dengan filososi masyarakat minang, yang identik dengan Islam.
Masih hangat kasus soal Nasi Padang Babi, baru-baru ini muncul kasus serupa sebuah usaha kuliner yang menyediakan menu makanan dari bahan dasar yang sama, yaitu daging babi.
Seperti kasus sebelumnya, pemilik usaha kuliner ini juga menggunakan embel-embel daerah dalam penamaan atau brand untuk makanannya, yaitu Nasi Uduk Aceh.
Informasi soal menu kuliner berbahan dasar daging babi yang diberi nama Nasi Uduk Aceh ini pertama sekali diungkapkan oleh Muhammad Raji Firdana, seorang pegiat usaha kuliner Aceh di Jakarta.
Ia berbagi kisah itu melalui akun Facebook Muhammad Raji Firdana disertai dengan foto nasi gurih dendeng babi.
Mulanya Raji dan keluarga mendatangi warung nasi gurih Aceh (serupa nasi uduk) langganannya di Pluit, tapi ternyata hari itu tutup. Ia pun mencari opsi lain di Google.
“Singkat cerita, hasil dari gugling ketemu lah @nasi_uduk_aceh77 yg lokasi masih seputaran Pluit juga. Sambil buru-buru langsung ke lokasi pasar Muara Karang, pas sampe di lokasi kita ga curiga sama sekali karena brand yang dimunculinkan “Nasi uduk Aceh”, tapi pas ngeliat dendengnya punya warna yang unik dan beda dengan dendeng yang biasa kita liat di Aceh,” tulis Raji Firdana seperti dikutip delik.news, Senin (13/6/2022)
Baca Juga:Volodymyr Zelensky Disalahkan AS soal Invasi Rusia, Mykhailo Podoliak Kritik BidenIni Alasan Arab Saudi Cekal Film Animasi Besutan Disney Pixar ‘Lightyear’
Raji penasaran lalu bertanya ke orang warung, tapi pertanyaannya malah tak digubris.
“Malah pelanggan di situ yang jawab, rupanya bener aja, dendeng yang dijual rupanya ga halal, dan berbahan dasar babi. “Seinget” saya malah karyawan disitu ada yang pake jilbab. Setelah itu kita langsung pulang dan cari sarapan di tempat lain,” ujar Raji.