Untuk mengkategorikan semua virus RNA yang terdeteksi di plankton, para peneliti menyarankan tiga kali lipat jumlah filum virus RNA. Setelah itu, para peneliti ingin mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana virus ini menyebar ke seluruh dunia dan inang siapa yang mereka serang.
Menurut para peneliti, komunitas virus dapat dibagi menjadi empat zona besar yakni Arktik, Antartika, Epipelagik Beriklim dan Tropis (dekat dengan permukaan laut), dan Mesopelagik Beriklim dan Tropis (sekitar 656 hingga 3.280 kaki (200 hingga 1.000 meter) di bawahnya.
Menariknya, meskipun memiliki variasi inang yang lebih luas untuk menginfeksi di laut yang lebih hangat, keragaman virus cenderung paling tinggi di zona kutub. Penemuan ini menunjukkan bahwa banyak virus bersaing untuk mendapatkan inang yang sama di kutub.
Baca Juga:Sindir Anies Baswedan: Maaf Formula E Mengecewakan Bagi yang PesimisMantan CEO Amazon Meksiko Diduga Sewa 2 Pembunuh Bayaran untuk Tembak Istrinya
Para peneliti menggunakan berbagai metode untuk menemukan inang virus ini, termasuk membandingkan genom virus RNA dengan inang yang diketahui dengan virus baru. Ilmuwan juga mencari potongan RNA virus yang tidak biasa dalam genom sel inang, dimana fragmen RNA kadang-kadang dapat tertinggal.
Menurut penelitian ini, banyak virus RNA di air menginfeksi jamur dan protista, sementara beberapa menginfeksi invertebrata dan sebagian kecil menginfeksi bakteri.
Menurut Dominguez-Huerta, penelitian ini juga menentukan bahwa 95 virus telah “mengambil” gen dari sel inangnya. Gen-gen ini membantu inang dalam mengarahkan proses metabolisme di dalam sel.
Temuan ini menunjukkan bahwa virus merusak metabolisme inang mereka dalam beberapa cara, kemungkinan besar untuk meningkatkan generasi partikel virus baru.
Setelah menentukan inang mana yang paling mungkin menginfeksi virus laut, para peneliti menemukan bahwa sekitar 1.200 di antaranya mungkin terlibat dalam ekspor karbon, yang merupakan proses di mana karbon diekstraksi dari atmosfer, dimasukkan ke dalam organisme laut, dan kemudian “diekspor ” ke laut dalam saat organisme itu tenggelam ke dasar laut setelah kematian.
Menurut Monterey Bay Aquarium Research Institute, semakin dalam stok karbon ini tenggelam, semakin lama mereka akan tertahan di air sebelum didaur ulang ke atmosfer. Akibatnya, ekspor karbon merupakan masalah penting yang dipertimbangkan para ilmuwan ketika mengembangkan model perubahan iklim.