3 Tahun di Malaka, Ahli Obat dari Lisbon Ini Saksi Sebaran Islam hingga Cirebon di Nusantara

3 Tahun di Malaka, Ahli Obat dari Lisbon Ini Saksi Sebaran Islam hingga Cirebon di Nusantara
Peta Jawa bagian Sunda Kuno dalam catatan Tom Pires (Suma Oriental) abad ke-16. (Indonesiana/Kemdikbud)
0 Komentar

Beberapa sumber juga menyebut adanya peran Walisongo dalam penamaan Cirebon tempo dulu. Para Wali menyebut dengan istilah Carbon.

Carbon memiliki arti mendalam bagi perkembangan islam di Jawa era para Walisongo. Carbon mengandung arti puser jagat atau pusat bumi. Disebut pusat bumi karena tempatnya yang berada pada bagian paling tengah Pulau Jawa.

Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, naskah kuno yang ditulis pada tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, menyebut Cirebon sebagai Sarumban yang kemudian berubah lagi menjadi Caruban.

Baca Juga:Ribuan Virus Tak Dikenal Ini Diidentifikasi Menguasai Lautan DuniaSindir Anies Baswedan: Maaf Formula E Mengecewakan Bagi yang Pesimis

Kata Caruban memiliki arti ‘campuran’. Kata ini juga berkaitan dengan sebutan Carbon yang diungkapkan oleh para Walisongo. Keduanya kemudian semakin dikenal di era kontemporer sebagai Cirebon.

Bermakna campuran, itulah penggambaran dinamika sosial masyarakat Cirebon. Menilik dari toponiminya (penamaannya), kata Cirebon berasal dari dua bahasa.

Secara etimologis, Cirebon berasal dari kata ‘ci’ dan ‘rebon’. “Ci dalam bahasa Sunda adalah singkatan dari cai yang berarti air,” sebut Sobana dan tim penulis.

Dalam bahasa Cirebon (penduduk lokal) kata ‘Ci’ dari kata Cirebon, bermakna sebagai air sisa pembuatan terasi (belendrang). Sedangkan kata ‘rebon’ merupakan bahasa Jawa yang mengandung arti udang kecil.

Dinamisnya sosial masyarakat Cirebon digambarkan dengan toponiminya, yang merupakan perpaduan masyarakat Cirebon yang diisi oleh keturunan Sunda dan Jawa hingga pembauran yang dikenal dengan Cerbonan. (*)

0 Komentar