BANYAK startup atau perusahaan rintisan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Menurut Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali upaya tersebut dilakukan guna menyehatkan kembali kondisi perusahaan.
Prof Rhenald menilai bahwa startup sedang berada dalam fase bubble burst tidak tepat. Pasalnya tidak semua startup mengalami masalah dan ternyata ada startup yang ternyata tumbuh.
“Berapa karyawan kena PHK atau perusahaan melakukan restrukturisasi sebagai penajaman bisnsi. Seperti Gojek menutup lini bisnis Go Massage, Go Clean. Apakah Gojek berakhir dengan menutup itu? Apakah investornya mundur, kan tidak,” kata Prof Rhenald, dalam akun YouTubenya.
Baca Juga:Ini Rute Perjalanan dari Gedung Pakuan ke Lokasi Pemakaman Eril di CimaungBanyaknya Tulisan Doa dan Duka, Eril Sosok yang Dicintai, Begini Jawaban Al Quran
Berikut fakta penjelasan detail Rhenald Khasali soal startup PHK massal yang dirangkum delik.news, Senin (13/6/2022):
Perusahaan Terus Berkembang
Menurutnya, setelah dua lini bisnis Gojek tersebut dihilangkan, sekarang perusahaan terus berkembang dan bahkan sudah Go Public. Tentu, katanya, penghilangan lini bisnis ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan.
“Jadi perjalanan sebuah usaha harus dibaca dengan hati-hati,” jelasnya.
Masalah Startup
Begitu juga, lanjut Rhenald, dalam masalah startup yang dikatakan melakukan PHK massal. Line misalnya disebutkan melakukan PHK 80 orang. Tapi, perusahaan membantah kabar tersebut dengan menyampaikan menutup bidang usaha tertentu dan fokus pada alat pembayaran.
“Apakah nanti alat pembayaran sukses belum tentu juga. Tapi dia harus melakukan berbagai upaya supaya dia bisa bermigrasi, kalau tidak berhasil baru menemukan kegagalan,” ucapnya.
Banyak PHK
Lalu ada TaniHub yang juga melakukan PHK, padahal hanya menutup 2 gudang di Bali dan Bandung karena tidak efisien lagi. Jadi, TaniHub mengalihkan bisnis dari B2C jadi B2B.
Begitu juga dengan JD.ID yang juga mengurangi jumlah pekerjanya. JD.ID membantah tidak melakukan PHK tapi melakukan improvisasi. Link Aja juga mengatakan hanya mengurangi ratusan, tapi beritanya bombastis sekali.
PHK Tak Sebanding
Sebenarnya, kata Rhenald melihat kabar PHK startup tak sebanding dengan besarnya korban PHK karena pandmei. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 2,8 juta orang terdampak pandemi. Kementerian Keuangan mencatat lebih besar lagi jumlah orang terdampak mencapai 5 juta.