Pada November, Meta mengatakan telah menghapus sebuah posting oleh perdana menteri Ethiopia yang mendesak warga untuk bangkit dan “mengubur” pasukan saingannya Tigray yang mengancam ibu kota negara itu.
Dalam unggahan yang telah dihapus, Abiy mengatakan “kewajiban mati untuk Ethiopia adalah milik kita semua.” Dia meminta warga untuk memobilisasi dengan memegang senjata atau kapasitas apa pun.
Abiy terus memposting di platform, di mana ia memiliki 4,1 juta pengikut. Amerika Serikat (AS) dan lainnya telah memperingatkan Ethiopia tentang “retprika yang tidak manusiawi” setelah perdana menteri menggambarkan pasukan Tigray sebagai “kanker” dan “gluma” dalam komentar yang dibuat pada Juli 2021.
Baca Juga:Pengumuman PPDB Jabar 2022: Hasil Seleksi, Pendaftaran dan Daftar Ulang SMA dan SMK Tahap 1 dan Tahap 2Pendaftaran PPDB Jakarta Jenjang SMA dan SMK Jalur Prestasi Dibuka 13 Juni hingga 15 Juni
“Ketika iklan yang menyerukan genosida di Ethiopia berulang kali masuk ke jaringan Facebook-bahkan setelah masalah ini ditandai dengan Facebook. Bertahun-tahun setelah genosida Myanmar, jelas bahwa Facebook belum belajar dari pelajarannya,” kata Rosa Curling, direktur Foxglove, sebuah organisasi nirlaba hukum yang berbasis di London yang bermitra dengan Global Witness dalam penyelidikannya. (*)